Progress Pariwisata NTB Makin Suejuk Menyenangkan
Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) makin menyenangkan. Progresnya makin asik. Wisman pun pada berdatangan tak terbendung.
Tentu ini tidak ujug-ujug.Tidak tiba-tiba. Kolaborasi yang asik antara Kementerian Pariwisata dengan Pemerintah Daerah NTB benar-benar bisa menghasilkan capaian yang suejuk.
Salah satu indikatornya adalah peningkatan jumlah wisman yang datang ke NTB. Simak data berikut: Thun 2015 ada 1 juta kunjungan wisman. Tahun 2016 jumlah wisman yang datang naik menjadi 1,4 juta.
Jumlah pengeluaran wisman juga terus meningkat dari 15,7 Triliun di tahun 2015 ke 20,8 Triliun di tahun 2016. Sementara itu, jumlah kunjungan wisnus pun meningkat dari 1,1 juta di tahun 2015 ke 1,7 juta di tahun 2016.
Progres yang keren bukan? Progres ini disampaikan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, bersama Menteri Pembangunan Desa Tertinggal Eko Putro Sandjojo dan Menteri Sosial Idrus Marham dalam Dialog Nasional Indonesia Maju ke-15 di Lombok Raya, Mataram, Sabtu (07/07).
Dialog nasional ini dipandu dan dimoderatori Effendy Ghazali. Dialog diikuti 2.025 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Lombok.
Potensi pariwisata NTB, kata Menpar, cocok diinjeksikan ke destinasi digital yang digagas oleh Kementerian Pariwisata. Destinasi digital yang dimaksud adalah Pasar Pancingan di Desa Bilebante, Kabupaten Lombok Tengah. Pasar tersebut merupakan contoh Pariwisata yang mensejahterakan.
"Sebagai contoh, Ibu Hajah Zaenab dari Desa Bilebante, pengusaha makanan lokal sekaligus mentor pedagang kuliner di Pasar Pancingan adalah contoh peningkatan kesejahteraan yang digerakan oleh sektor pariwisata. Sebelum pariwisata berkembang pesat, penghasilan Ibu Hj. Zaenab meningkat pesat dari 1,5 juta menjadi 30 juta per bulan."
Pembangunan sektor pariwisata yang pesat di NTB juga terjadi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Mandalika yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Oktober 2018.
Senada dengan Menpar, pada kesempatan tersebut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo mengingatkan peran mahasiswa dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa.
"Pertumbuhan ekonomi yang pesat tanpa mengurangi kemiskinan akan menimbulkan gejolak sosial. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan pengurangan _gap_ antara yang kaya dan miskin," kata Menteri Eko.
Untuk mewujudkan semua itu perlu melibatkan lima unsur pembangunan, yakni kalangan akademisi, bisnis, komunitas, pemerintahan dan media. (*)
Advertisement