Progres Epidemiologi PSBB Surabaya Raya Belum Menggembirakan
Progres epidemiologi di area pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Surabaya Raya, yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan sebagian Gresik, terpantau belum menggembirakan, menurut kajian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-19).
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan (COVID-19) Provinsi Jawa Timur dr. Joni Wahyuhadi SpBS menyebut grafik pasien yang terkonfirmasi positif, maupun pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) di tiga daerah kabupaten/kota tersebut terus meningkat.
"Menurut teori, sudah tidak ada cara lain lagi, kita harus berupaya menurunkan grafik yang terus naik itu dengan cara hammer, yaitu dipukuli pakai palu," ujarnya saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu 6 Mei malam.
Maksudnya, selama sisa waktu PSBB di wilayah Surabaya Raya yang kurang sekitar seminggu lagi, atau hingga 11 Mei mendatang, aparat harus bertindak lebih represif lagi untuk mendisiplinkan masyarakat.
Tercatat sejak pertama kali PSBB diberlakukan di Surabaya Raya pada tanggal 28 April, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Surabaya sebanyak 392 orang, serta 1.056 orang berstatus PDP dan 2.365 ODP. Di Kabupaten Sidoarjo sebanyak 392 orang positif COVID-19, 176 PDP dan 1.100 ODP. Selain itu di Gresik sebanyak 24 orang positif Covid-19, 176 PDP dan 1.100 ODP.
Hingga 6 Mei malam, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Surabaya meningkat menjadi sebanyak 586 orang, 1.354 PDP dan 2.825 ODP. Di Sidoarjo 140 orang positif, 208 PDP dan 808 ODP, serta di Gresik 36 orang positif, 156 PDP dan 1.132 ODP.
Bagi dr. Joni, istilah menurunkan grafik kasus Covid-19 yang dalam sepekan terakhir terus naik di seluruh area PSBB Surabaya Raya menggunakan hammer, tidak bisa hanya mengandalkan tindakan represif oleh aparat negara.
"Hammer-nya adalah kita semua. Tidak bisa hanya mengandalkan Ibu Gubernur dan Pak Kapolda sendirian. Mari nutuki bareng-bareng untuk mendisiplinkan masyarakat," tuturnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya itu menegaskan obat yang paling mujarab untuk menekan penularan segala jenis penyakit yang menjadi pandemi selama ini cuma satu, yaitu social distancing.
Dia mencontohkan, sebelum Covid-19, berbagai jenis penyakit lainnya, seperti difteri dan TBC, juga pernah menjadi pandemi di dunia dan sebelum ditemukan obatnya hanya bisa ditekan penularannya dengan cara social distancing.
"Saya sudah 30 tahun menjadi dokter dan tidak pernah melihat penyakit yang cepat menular seperti Covid-19 ini. Penyakit difteri, HIV dan TBC itu juga menular, tapi penularannya ke orang lain tidak secepat Covid-19. Jadi marilah kita patuhi aturan social distancing demi menekan penularan Covid-19," ucapnya.
Advertisement