Program Pendidikan Profesi Guru Sulit, Tapi Semakin Diminati
Qurroti Ainin Nashof, hatinya sempat bimbang sebelum memutuskan memilih Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)Prajabatan di Universitas Muhammadiyah Mataram, Lombok Barat.
Sebab dalam waktu yang bersamaan Ainin berpeluang untuk melanjutkan S2 Prodi Pendidikan Dasar di Universitas Indonesia (UI) melalui beasiswa beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Tetapi dorongan untuk menjadi guru lebih kuat, Qurroti Ainin akhirnya memilih ikut program PPG Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). "Mungkin memang ini jalan yang dipilihkan oleh Allah untuk saya. Kebetulan pas tahapan wawancara beasiswa LPDP, saya sedang menjalankan ibadah haji,” kata Qurroti Ainin yang akrab disapa Ninin.
Ia akhirnya melanjutkan studinya dengan mengikuti PPG Prajabatan program studi PGSD pada gelombang dua tahun 2022. Padahal kalau saja mau, Ninin bisa mengulang pengajuan beasiswa LPDP tahun berikutnya untuk mewujudkan mimpinya melanjutkan pendidikan program magister. Dengan modal IPK hampir sempurna dan menyandang gelar lulusan terbaik Prodi PGSD Universitas Mataram, rasanya tidak sulit bagi seorang Ninin dapat lolos program beasiswa LPDP.
Memilih PPG Prajabatan diakui Ninin, sebenarnya sejalan dengan impiannya menjadi seorang guru. Ia menyebut PPG Prajabatan adalah jalan tepat yang dipilih agar mimpi menjadi guru bisa tercapai.
Mengapa ingin menjadi guru? Ninin tidak menampik bahwa lingkungan keluarganya memberikan peran besar menumbuhkan keinginan menjadi guru. Karena ayahnya seorang guru, ibunya bekerja di lingkungan pendidikan, pun kakaknya juga seorang guru.
Seiring berjalannya waktu, Ninin mengaku ingin menjadi seorang guru bukan semata-mata mewarisi profesi sang ayah. Namun karena ingin mengambil peran nyata dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. “Melalui pendidikan, saya ingin mengambil peran mencerdaskan generasi muda penerus bangsa,” katanya.
Tentu saja mimpi Ninin menjadi guru bukan hanya tentang memberikan pengetahuan, tetapi juga tentang memberdayakan dan menginspirasi siswa untuk menjadi individu yang berpikiran terbuka, kritis, dan berdaya saing tinggi di era modern ini.
Keinginannya untuk membawa perubahan dalam dunia pendidikan, mendorong Ninin tidak cukup hanya menyelesaikan pendidikan gurunya sampai sarjana. Ia memandang perlu menambahnya dengan mengikuti PPG Prajabatan. “Saya di Universitas Mataram mengambil prodi PGSD. Namun saya merasa belum cukup ilmunya untuk menjadi guru. Apalagi guru pada era teknologi digital seperti sekarang ini, tantangan yang dihadapi luar biasa kompleksnya,” ujar Ninin.
Karena itu, usai lulus sarjana PGSD Universitas Mataram, Ninin menguatkan langkahnya menjadi guru dengan mendaftar pada PPG Prajabatan. Apakah menyandang sarjana PGSD belum cukup sebagai modal menjadi guru? Ninin menyebut bahwa PPG Prajabatan sejatinya melengkapi skill-nya sebagai guru. Sebab dalam PPG Prajabatan, Ninin tidak hanya belajar tentang teori namun justru lebih banyak terjun ke lapangan alias praktik menjadi guru.
Pada PPG Prajabatan, Ninin juga belajar banyak tentang bagaimana merancang metode pengajaran yang inovatif, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, serta memperjuangkan kesetaraan akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. “Saya ingin menjadi guru yang memberikan dampak positif yang luas pada kehidupan siswa-siswi,” katanya.
Ninin percaya bahwa menjadi seorang guru bukan hanya tentang menyampaikan pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter, mengembangkan potensi, dan mendukung perkembangan holistik setiap individu di kelas. “Dengan menjadi seorang pendidik, saya berharap dapat menjadi agen perubahan yang memberikan sumbangsih nyata bagi masa depan pendidikan Indonesia, membantu menciptakan generasi penerus yang unggul dan berdaya saing global,” ujarnya.
Ninin sendiri belum pernah menjadi guru secara formal. Pengalaman mengajarnya didapat justru dari keaktifannya dalam berbagai kegiatan bahkan pernah menjadi asisten dosen. Lulus PPG Prajabatan Agustus 2023 dan pengukuhan PPG pada sebulan lalu, kini Ninin telah mengabdi sebagai guru di sebuah SD di Kota Mataram sambil menunggu penempatan.
Tantangan Menjadi Guru
Menurut Ninin, profesi guru bukan pekerjaan ringan. Menjadi seorang guru dituntut untuk bisa bersikap fleksibel dan dapat memahami setiap karakteristik individu siswa. Pun perkembangan teknologi yang demikian pesat, yang tentu saja ikut mempengaruhi pola pikir dan gaya belajar siswa secara beragam, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda-beda dalam pengajaran.
Selain itu, guru memegang peran penting untuk menjaga motivasi siswa, menumbuhkan minat belajar, serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. “Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memotivasi siswa dengan gaya mengajar yang inovatif, serta menyeimbangkan kebutuhan individu dalam kelas merupakan tantangan yang harus dihadapi sehari-hari oleh guru,” tegasnya.
Lantas bagaimana kebijakan Merdeka Belajar dimata seorang Ninin? Ia mengatakan bahwa Merdeka belajar merupakan landasan yang memberikan sayap baru bagi seorang guru. Merdeka Belajar menawarkan wawasan dan pemahaman yang berbeda bagi guru terkait tugas pembelajarannya. Karena Merdeka Belajar terutama Kurikulum Merdeka, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan lainnya benar-benar mengubah paradigma pembelajaran dan itu harus dikuasai oleh guru masa kini dan masa depan.
“Kurikulum Merdeka misalnya, tidak hanya memudahkan saya dalam menciptakan pembelajaran yang lebih efisien, tetapi juga menginspirasi saya untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih terintegrasi dan menyenangkan bagi siswa-siswa saya,” katanya.
Konsep Kurikulum Merdeka juga mendorong interaksi yang lebih intens antara guru dan murid. Hal ini memungkinkan terciptanya atmosfer pembelajaran yang inklusif, di mana setiap siswa didorong untuk mengeksplorasi minat, bakat, dan cara belajar mereka sendiri. Inisiatif ini kata Ninin, tentu saja memberikan ruang bagi kreativitas dalam merancang metode pengajaran yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan individu, memastikan bahwa proses pembelajaran tidak hanya efektif tetapi juga berkesan.
Mengikuti program PPG Prajabatan meski hanya berlangsung dua semester, menurut Ninin dampaknya luar biasa bagi ketrampilan dan bidang keilmuannya menjadi seorang guru. “Setelah mengikuti PPG Prajabatan, saya merasakan dampak yang signifikan dalam pengembangan diri sebagai seorang pendidik,” tukasnya.
Mengikuti PPG Prajabatan, kata Ninin, ilmu yang diperoleh tidak hanya datang dari materi-materi yang disampaikan oleh para dosen, tetapi juga pengalaman langsung bersama para pendidik yang ahli di bidangnya. “Saya bertemu dengan dosen yang luar biasa, juga teman-teman yang telah memiliki pengalaman sebagai guru,” tegasnya.
Menurut Ninin, pendidikan PPG Prajabatan dirancang dengan sangat epic, tidak hanya mempelajari teori dan kurikulum bagaimana menjadi seorang pendidik yang professional namun juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan melaksanakan praktik pembelajaran terbimbing dan mandiri melalui proyek kepemimpinan yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa PPG Prajabatan untuk terjun langsung ke lapangan atau sekolah.
Tantangan Menjadi Seorang Guru
Menjadi seorang guru diakui memang menghadirkan sejumlah tantangan yang menuntut fleksibilitas dan pemahaman mendalam terhadap karakteristik individu siswa. Salah satu tantangan utama adalah kompleksitas dalam memahami dan menangani perbedaan karakter serta latar belakang yang dimiliki oleh setiap murid. Lingkungan, zaman, dan perkembangan teknologi turut mempengaruhi pola pikir dan gaya belajar siswa secara beragam, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda-beda dalam pengajaran.
Lalu, Integrasi teknologi menjadi suatu kebutuhan yang penting dalam dunia pendidikan saat ini. Tantangannya terletak pada kemampuan untuk menggabungkan teknologi secara efektif ke dalam sistem pendidikan yang sudah ada. Memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat bantu yang mendukung pembelajaran, bukan sekadar sebagai tambahan, merupakan hal yang perlu diperhatikan secara cermat.
Selain itu, peran seorang guru juga mencakup kemampuan untuk menjaga motivasi siswa, menumbuhkan minat belajar, serta menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memotivasi siswa dengan gaya mengajar yang inovatif, serta menyeimbangkan kebutuhan individu dalam kelas merupakan tantangan yang harus dihadapi sehari-hari.
Namun, meski menghadapi tantangan-tantangan tersebut, menjadi seorang guru juga merupakan kesempatan untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif pada kehidupan anak-anak. Setiap tantangan menjadi peluang untuk memperluas wawasan, menemukan solusi kreatif, dan menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan demi mewujudkan potensi maksimal setiap siswa.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram Prof Abdul Wahab, mengatakan pihaknya sangat mendukung PPG Prajabatan yang diinisiasi oleh Kemendikbudristek. Menurutnya PPG Prajabatan merupakan upaya yang sangat efektif untuk menjaring calon guru-guru yang professional dan kompeten. “Sebab mereka yang ikut PPG Prajabatan tentu yang memang benar-benar ingin jadi guru,” katanya.
Selain itu, PPG Prajabatan menjadi cara yang tepat untuk mendidik guru sesuai zaman yang berlaku. Sebab pada era teknologi digital, tantangan yang dihadapi oleh guru juga semakin kompleks terutama terkait gaya belajar anak.
Ummat sendiri menerjunkan para doktor untuk mengajar calon-calon guru peserta PPG. “Mereka calon guru sehingga kami harus menghadirkan pengajar yang bermutu,” ujar rektor.
Advertisement