Program Indonesia Pintar Bangkitkan Semangat Belajar Siswa Miskin
Pragram Indonesia Pintar (PIP) Kemendikbudristek dinilai cukup berart bagi siswa kurang mampu. Selain dibantu secara finansial, juga mendapat kemudahan mengakses pendidikan, sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk belajar yang lebih baik.
Bayu Muhammad Ridlo, pelajar kelas dua SMA Negeri 1 Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Provinsi Yogyakarta, merupakan salah seorang penerima manfaat progam pemerintah melalui Kemendikbudristek tersebut.
Putra pertama dari dua bersaudara pernikahan Kuswanto dengan Ngaliyah, tak pernah bermimpi bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang SMA, karena alasan ekonomi.
Penghasilan yang diperoleh ayahnya sebagai buruh tani, terkadang masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.
Sadar akan kondisi ekonomi orang tuanya, Bayu tak tinggal diam. Di hari lubur ia sering membantu ayahnya bekerja dan mencari kayu bakar. Di luar jam sekolah ia menyempatkan mengajari adeknya mengaji.
Di kampungnya Desa Tulangan Ngadisari Kulon Progo, Bayu dikenal anak yang memiliki semangat belajar cukup tinggi. Selain menjadi siswa SMA Negeri 1 Samigaluh, ia juga tercatat sebagai santri Ponpes Al Falah yang tak jauh dari desanya.
Pagi belajar di SMA Negeri 1 Samigaluh, siang kembali ke pondok, untuk belajar ilmu agama bersama santri Pondok Pesantren Al Falah. "Saya bercita cita ingin menjadi pengusaha dan guru ngaji," ujarnya.
Setelah adanya bantuan dari PIP Bayu mengaku bisa belajar dengan tenang. Setiap tahunnya ia menerima bantuan biaya pendidikan dari PIP sebesar Rp1 juta. Bantuan itu diterima sejak di SD meskipun secara berkala.
Ayahnya Kuswanto juga merasakan gembira dan bersyukur Bayu memperoleh bantuan biaya pendidikan melalui PIP. "Sebelumnya malas malasan, maunya sampsi SMP saja, tetapi saya dorong terus supaya terus sekolah, Alhamdulilla bantuan pendidikan itu berlanjut sampai di SMA," kata Kuswanto kepada ngopibareng.id yang menyertai tim Kemendikbudristek ke Yogyakarta.
Kepala SMA Negeri 1 Megaluh, Sugeng, menilai Bayu tergolong murid yang cerdas dan mempunyai semangat belajar yang cukup tinggi meskipun mempunyai keterbatasan ekonomi. ia selalu masuk rangking 10 besar dari 127 rombongan belajar.
Kepala Sekolah Sugeng termasuk yang merekomendasikan Bayu memperoleh beasiswa PIP. "Selain cerdas Bayu itu kreatiif bidang elektronik," ujarnya.
Di SMA Negeri 1 Samigaluh terdapat 71 siswa pneruma beasiswa PIP.
Lereng Gunung
Rumah Bayu ini terletak di desa terpencil yang berada di kawasan kaki gunung Menoreh, jauh dari keramain.
Untuk menuju rumahnya, tim Biro Humas dan Kerjasama Masyaeakat ( BHKM) Kemendikbudristek harus berjalan kaki sejauh 1 km. Karena kondisi jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 45 derajat, hanya jenis mobil tertentu yang bisa lewat. Sepeda motor bisa dipaksa naik tapi harus sendiri.
PIP adalah program yang merangkul berbagai aspek pendidikan, termasuk memberikan bantuan berupa uang tunai, perluasan akses pendidikan, dan kesempatan belajar. Program ini diberikan kepada peserta didik yang berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin untuk membantu membiayai pendidikan mereka. PIP dirancang untuk memastikan bahwa anak-anak usia sekolah dari lapisan masyarakat yang kurang beruntung tetap dapat menerima pendidikan hingga tingkat menengah, baik melalui jalur formal maupun informal, termasuk program Pake A sampai Paket C serta pendidikan khusus.
Salah satu tujuan utama PIP adalah mencegah peserta didik putus sekolah. Dengan memberikan bantuan finansial kepada keluarga miskin, pemerintah berharap dapat menarik siswa yang telah putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikan mereka. Program ini juga dirancang untuk meringankan beban biaya pendidikan peserta didik, termasuk biaya langsung dan tidak langsung yang sering menjadi kendala bagi keluarga miskin.
Peserta didik yang memenuhi kriteria berikut dapat menjadi penerima bantuan PIP: Keluarga Miskin atau Rentan Miskin: Peserta didik yang berasal dari keluarga dengan tingkat kemiskinan atau rentan miskin adalah sasaran utama program ini.
Pertimbangan Khusus: Selain keluarga miskin, PIP juga dapat diberikan kepada peserta didik dengan pertimbangan khusus. Seperti peserta didik dari keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH), keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera. Peserta didik berstatus yatim piatu, atau peserta didik yang terdampak bencana alam.
Peserta Didik Putus Sekolah: Program ini juga ditujukan kepada peserta didik yang telah putus sekolah dan bersedia untuk kembali ke sekolah.Kelainan Fisik: Peserta didik yang memiliki kelainan fisik juga berhak menerima bantuan PIP.
Peserta di Lembaga Kursus atau Pendidikan Nonformal: PIP tidak hanya berlaku untuk peserta didik di sekolah formal, tetapi juga dapat diberikan kepada peserta didik di lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya.
Dampak Positif Program Indonesia Pintar
Program Indonesia Pintar telah membawa dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan keberlanjutan pendidikan di Indonesia, khususnya pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa peserta didik penerima PIP memiliki tingkat kelangsungan pendidikan yang lebih tinggi daripada peserta didik non-penerima PIP. Pada tahun 2019, sekitar 97,29% peserta didik penerima PIP tetap bersekolah, sedangkan hanya sekitar 2,71% yang putus sekolah.
Perbandingannya jelas lebih baik daripada peserta didik non-penerima PIP, di mana sekitar 88,5% tetap bersekolah dan sekitar 11,5% putus sekolah.PIP setiap tahunnya ditargetkan menyasar sekitar 17 juta penerima manfaat PIP.
Program Indonesia Pintar (PIP) yang diwujudkan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) pertama kali diluncurkan pada 2014. Program ini menyasar masyarakat usia sekolah, mulai 6 hingga 21 tahun yang berasal dari keluarga miskin.