Program ADEM Jangkau Siswa Daerah Tertinggal Bisa Sekolah
Rasa gembira terpancar pada raut wajah beberapa peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yang sedang belajar di beberapa SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diantara mereka ada yang berasal dari Papua, Sulawesi Selatan dari keluarga repatriasi, yakni buruh migran atau tenaga kerja Indonesia di wilayah Sabah, dan Serawak, Malaysia.
Saat ditemui di SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu DI Yogyakarta, semua merasa senang menjadi peserta Program Afirmasi Pendidikan Menengah yang dirancang pemerintah melalui Kemendikbudristek.
Hidup dari keluarga miskin yang tinggal di daerah terpencil dan tertinggal tak terbayangkan bisa belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMA di Yogyakarta, secara gratis, memperoleh biaya hidup, dan bisa mengakses pendidikan dengan mudah.
Kendala pertama yang dirasakan adalah jauh dari orang tua dan dicekam rasa rindu, sempat ingin pulang kampung. Sebab peserta program ADEM ini rata-rata baru lulus SMP.
Tapi perasaan itu hilang dengan sendirinya setelah mendapat pengarahan dari guru bimbing dan berbaur dengan siswa yang lain. Mereka diperlakukan dengan baik, tidak ada diskriminasi.
"Pertama masuk sekolah di Yogya ada rasa takut dijahui teman-teman yang peradabannya lebih maju dari kami yang berasal dari Pupua. Anggapan saya itu ternyata keliru, teman-teman di Yogya ini baik-baik semua," kata Horas Elopere asal Papua Kepada ngopibareng.id. Senin, 13 November 3023.
Horas belajar bersama seorang temannya dari daerah yang sama, Sion Oagay di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. Satu sekolah hanya menerima dua peserta program ADEM.
"Setelah hampir satu tahun belajar di Yogya sudah bisa membaur dengan teman-teman dan sering mengikuti kegiatan sekolah. Sekarang sudah bisa belajar dengan tenang, tak lagi bersedih karena jauh dengan orang tua dan kampung halaman," ujar Sion yang sama-sama berasal dari Papua.
Dua peserta program ADEM dari Papua ini mempunyai cita-cita yang berbeda. Horas ingin menjadi anggota DPR, sedangkan Sion ingin menjadi PNS. Untuk itu, setelah lulus SMA, Sion ingin melanjutkan ke Institut Pemerintahan Dalan Negeri atau IPDN.
Sementara itu, peserta program ADEM dari Sulawesi Selatan bernama Angelica Palilingan dan Yesica Liusampe ini masuk kelompok repatriasi, orang tuanya bekerja sebagai buruh di perkebunan sawit. Waktunya habis bekerja di kebun, sehingga pendidikan anak-anaknya kurang terurus.
Karena itu, ketika ditawari program ADEM oleh gurunya di SMP, mereka langsung menerima. Yang penting bisa sekolah ke jenjang lebih tinggi, untuk jalan menggapai cita-citanya.
Angelica mengatakan, menjadi peserta program ADEM harus melalui proses yang cukup panjang. Salah satunya secara akademik harus di atas rata-rata, berasal dari keluarga tidak mampu, dan mempunyai kemauan belajar yang keras, serta harus lolos seleksi.
Wakil Kepals SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu DI Yogyakarta, Ratna, mengatakan bahwa di sekolah tidak ada perbedaan antara siswa umum dengan peserta program ADEM.
"Mereka belajar dan menggunakan fasilitas sekolah seperti siswa yang lain. Yang membedakan, peserta progam dapat uang saku dan tinggal di asrama, karena berasal dari jauh," ujar Ratna.
Jatim Penerima Terbanyak
Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudrustek telah meluncurkan program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) untuk murid-murid jenjang sekolah menengah di Papua dan Papua Barat. Sasaran Program ADEM tersebut kemudian diperluas dengan menyasar murid-murid di wilayah 3T dan wilayah perbatasan menyasar murid-murid dari keluarga repatriasi, yakni buruh migran atau tenaga kerja Indonesia di wilayah Sabah, dan Serawak, Malaysia.
Tujuan digelarnya program ADEM tersebut adalah memberi peluang kepada murid-murid di Papua, daerah 3T dan anak buruh migran di Malaysia untuk menempuh pendidikan menengah yang berkualitas.
Melalui Program ADEM, diharapkan terjadi percepatan pembangunan sumber daya manusia mempercepat akulturasi keragaman budaya.
Mulai Tahun 2023, program ADEM dikelola oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) dan telah menghasilkan lulusan pertama sebanyak 412 murid, dan 410 orang di antaranya melanjutkan ke perguruan tinggi melalui program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Pada tahun 2022, lulusan ADEM sebanyak 1.376 orang dan sebanyak 416 murid melanjutkan ke perguruan tinggi melalui program ADik;
Pada tahun ajaran 2022/2023, siswa penerima ADEM Papua dan Papua Barat tercatat sebanyak 1.241 murid dan tersebar di 161 sekolah di enam provinsi, yakni Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa barat, dan Banten;
Provinsi terbanyak penerima ADEM Papua dan Papua Barat adalah Jawa Timur, yakni sebanyak 360 murid di 44 sekolah, berikutnya adalah Jawa Barat sebanyak 249 murid di 20 sekolah.
Tahun ajaran 2023/2024, target sasaran penerima ADEM Papua sebanyak 500 murid di enam provinsi, yakni Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan ,Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya.
Provinsi terbanyak penerima ADEM Reptariasi tahun ajaran 2022/2023 adalah Jawa Timur, yakni sebanyak 373, dan berikutnya adalah Provinsi Banten sebanyak 257 murid.
Target sasaran ADEM untuk kategori repatriasi atau anak buruh migran adalah murid di Community Learning Center (CLC) di Sabah dan Serawak, Malaysia, dan tahun 2023/2024 ditargetkan sebanyak 300 murid.
Daerah penerima ADEM 3T dan wilayah perbatasan adalah sekolah-sekolah yang berada di Aceh, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Barat dengan jumlah siswa sebanyak 1.156
Target sasaran ADEM untuk wilayah 3T dan daerah perbatasan tahun ajaran 2023/2024 adalah sebanyak 200 murid yang berada di 27 kabupaten/kota di enam provinsi, yakni Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Riau, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Advertisement