Profil SMA SPI di Batu, Pendirinya Dilaporkan Kekerasan Seksual
Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA) melaporkan pemilik Sekolah Menengah Atas (SMA) Selamat Pagi Indonesia (SPI), Kota Batu, Jawa Timur, berinisial JEP. Komnas PA melaporkan JEP ke Polda Jatim karena diduga melakukan kekerasan seksual kepada 15 anak muridnya.
SMA SPI sendiri didirikan oleh JEP pada 2005. Sekolah ini didirikan oleh JEP untuk membantu para anak-anak yang kurang mampu, berstatus yatim piatu agar bisa mendapatkan pendidikan.
"Di sini anak-anak juga diajarkan life skill seperti beternak, berkebun hingga mengelola wisata. Karena di sini kan juga ada penginapan bagi tamu dari luar yang ingin menginap," ujar Satpam Sekolah SPI, Cunarto, pada Senin 31 Mei 2021.
Total luas lahan SMA SPI sendiri kata Cunarto yakni sekitar 20 hektare. Di lahan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas penunjang pembelajaran seperti pertanian, perkebunan hingga asrama bagi para siswa. "Di sini ada sekitar 200 siswa. Itu dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka tinggal di asrama. Di sini asramanya besar. Jadi satu kamar itu diisi dua orang," katanya.
Karena masih dalam kondisi pandemi ujar Cunarto kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring. Namun, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, terkadang pihak sekolah mengajak mereka untuk berkebun dan beternak. "Jadi harapannya selain mendapatkan ilmu di sini, mereka juga mendapatkan life skill," ujarnya.
Pemilik SMA SPI yaitu JEP ujar Cunarto, kadang-kadang juga menyambangi institusi pendidikan yang didirikannya sekali waktu. JEP kata Cunarto merupakan sosok pengusaha dan motivator. "Bapak itu adalah pengusaha. Beliau pengusaha obat herbal dan juga motivator. Kadang-kadang juga memberikan motivasi bagi para peserta didik," katanya.
Cunarto menambahkan bahwa kondisi SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) hingga saat ini baik-baik saja. Cunarto juga merasa heran jika ada kabar yang menyebutkan bahwa JEP melakukan kekerasan seksual. "Nggak ada perbedaan normal-normal. Saja maka dari itu saya juga kaget, kok di dalam biasa-biasa aja tapi di luar ramai pemberitaan," ujarnya.