Profil Salman Rushdie, Lahir dari Keluarga Muslim Jadi Ateis
Institusi Chautauqua mengadakan program seni dan sastra di komunitas tepi danau yang tenang 110 kilometer selatan Buffalo, New York, pada Jumat 12 Agustus 2022. Siapa sangka, undangan kepada Salman Rushdie keluar dari persembunyiannya justru jadi malapetaka. Saat penulis novel The Satanic Verses itu berdiri di atas panggung, ia ditusuk di bagian leher hingga puluhan kali oleh orang tak dikenal.
Serangan itu tak mematikan bagi Salman Rushdie. Menurut Gubernur New York, Kathy Hochul, pria 75 tahun itu masih hidup. "Kami mengutuk semua kekerasan dan kami ingin orang-orang dapat merasakan kebebasan untuk berbicara dan menulis kebenaran," serunya.
Profil Salman Rushdie
Salman Rushdie lahir di India dari keluarga Muslim liberal. Ia sendiri mengaku sebagai seorang ateis. Dalam wawancara 2006 dengan PBS, Salman Rushdie menyebut dirinya sebagai "ateis garis keras".
Pada 1988, muncul fatwa pembunuhannya oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini karena novel The Satanic Verses yang dianggap menghina Nabi Muhammad, Salman Rushdie
Dia mendapatkan perlindungan polisi oleh pemerintah di Inggris, tempat dia bersekolah dan tempat tinggalnya, setelah sejumlah upaya pembunuhan dan pembunuhan terhadap penerjemah dan penerbit bukunya. Dia menghabiskan hampir satu dekade bersembunyi, pindah rumah berulang kali dan tidak bisa memberi tahu anak-anaknya di mana dia tinggal.
Salman Rushdie baru mulai bangkit dari pelariannya pada akhir 1990-an, setelah Iran pada 1998 mengatakan tidak akan lagi mendukung pembunuhannya. Sekarang, pria kelahiran 19 Juni 1947 itu tinggal di New York.
Salman Rushdie adalah seorang penganjur kebebasan berbicara, terutama meluncurkan pembelaan yang kuat pada majalah satir Prancis, Charlie Hebdo setelah stafnya ditembak mati oleh kelompok Islam di Paris pada 2015. Majalah itu telah menerbitkan gambar-gambar Nabi Muhammad yang mengundang reaksi marah dari umat Islam di seluruh dunia.
Ancaman dan boikot terus berlanjut terhadap acara sastra yang dihadiri Salman Rushdie, dan gelar kesatrianya pada 2007 memicu protes di Iran dan Pakistan. Meski demikian, Salman Rushdie terus berkarya lewat nama barunya “Joseph Anton”.
Sementara itu, Midnight’s Children telah mencapai lebih dari 600 halaman, diadaptasi untuk panggung dan layar perak. Bahkan, buku-bukunya telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa.