Profil Gladies Lariesa Garina: Atlet Jatim Tersukses dengan 5 Medali Emas PON XXI 2024
Gelaran loncat Indah di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumut menjadi ajang unjuk kemampuan Gladies Lariesa Garina Hagakore. Pasalnya, tidak ada satu pun atlet di Indonesia yang mampu menandingi atlet loncat indah Jawa Timur ini.
Dara berusia 18 tahun ini mengukir prestasi gemilang dengan menyapu bersih 5 medali emas dari lima nomor yang ia ikuti. Koleksi medali ini pula yang membuat kontingen loncat indah Jatim menjadi juara umum.
Loncat indah Jawa Timur sendiri mengumpulkan total 6 medali emas, 3 perak dan 2 perunggu. DKI Jakarta menempati peringkat kedua dengan capaian 4 medali emas 3 perak dan 2 perunggu. Sementara di tempat ketiga ada Sumatera Selatan dengan raihan 3 medali perak dan 3 perunggu.
Terjadi peningkatan tajam pada prestasi atlet asal Surabaya tersebut dibandingkan dengan PON Papua, di mana Gladies yang saat itu menjalani debutnya di ajang multievent empat tahunan tersebut mengantongi tiga medali emas.
Bagi sang Ibunda, Ina Agustin Widayati, capaian sang buah hati di PON kali ini sangat mengejutkan. Sebab, ia tak menyangka anak keduanya itu sangat mendominasi di PON.
“Saya tidak menyangka kalau Gladies bakal menjadi atlet nasional dengan segudang prestasi seperti ini. Ada rasa bangga, terharu dan capur aduk saat melihat dia meraih prestasi seperti ini,” kata sang Ibunda.
Kedua orang tua Gladies memang bukan atlet profesional. Namun darah atlet menitis dari sang ayah, Lucas Julius, yang merupakan atlet dayung. Hanya saja, Lucas atlet dayung amatir yang tak memiliki prestasi gemilang di kancah nasional.
"Tidak pernah menyangka sama sekali, waktu itu saya masukkan Gladies ke olahraga ini supaya waktunya tersita, agar dia gak main terus. Tapi dari hari ke hari, bakatnya terasah dan semakin terlihat," kata Ina Agustin Widayati.
Anak yang Sangat Aktif
Ini tak lepas dari Gladies saat masih usia anak-anak. Menurut Agustin, Gladies merupakan anak kecil yang sangat aktif. Saking banyak tingkahnya, saat bermain dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar rumah, tetangga di sekitar rumahnya di Lakarsantri Surabaya kerap mengeluh.
"Dari situlah akhirnya saya berinisiatif mencari olahraga yang sekiranya bisa menyita perhatiannya sekaligus menyalurkan energinya yang besar, tujuannya supaya gak main sama temannya, awalnya seperti itu," jelas Agustin.
Ibu dua anak itu berharap, tersitanya waktu untuk latihan menjadikan Gladies tidak terlalu sering bermain dengan teman sebayanya, sehingga ia tak menerima keluhan dari para tetangga.
Gladies sendiri mulai menggeluti olahraga sejak kelas 1 SD. Loncat Indah bukan cabang olahraga pertama yang diikuti atlet Pelatnas tersebut.
"Awalnya saya ikutkan taekwondo, latihan cuma seminggu dua kali, itu pun malam. Jadi siang dia masih main, akhirnya ada yang kasih tahu ikut aja loncat indah, atletnya cuma sedikit. Dari situ akhirnya saya ikutkan," jelas perempuan berusia 49 tahun tersebut.
Agustin mengakui, butuh perjuangan keras agar Gladies mau berlatih rutin. Selayaknya anak usai belia, gadis kelahiran 26 Maret 2006 itu tak jarang ogah-ogahan berlatih karena ingin bermain seperti temannya sebayanya yang lain.
"Dia giat atau punya tanggung jawab setelah masuk puslatda, kelas 5 SD, mungkin karena dia sudah dapat manfaatnya. Waktu kelas 2-4 cuma pertandingan biasa, tidak ada rewardnya, jadi dia modus-modus gitu, sering bolos," ucapnya seraya tertawa.
Meski masih terhitung masih anak-anak, kemampuan Gladies melebihi rekan seusianya. Sehingga sejak kelas 5 SD, Gladies sudah masuk dalam puslatda Jatim. Dari situ pula Gladies mulai sering mendapat medali di kejuaraan kelompok usia.
“Kalau dapat juara sejak duduk di bangku kelas 2 SD. Menurut pelatihnya, bakat Gladies sudah kelihatan banget,” kisahnya.
Sebagai sosok yang paling dekat dengan Gladies, Agustin tidak pernah jauh dari sang buah hati. Terutama saat Gladies turun di kejuaraan.
Hanya saat PON XX Papua saja, Agustin tidak turut mendampingi putrinya lantaran pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya dan pembatasan bepergian yang ketat. “Saya takut ada apa-apa. Makanya saya tidak ikut,” kata Agustin.
Gladies sendiri selalu memiliki ritual khusus sebelum dan sesudah bertanding, yakni sekadar melepon atau video call sang ibunda.
“Saya selalu ingin merasa ada mama di setiap lomba yang saya ikuti. Jadi, kalau mama gak ikut, ya saya telepon. Saya juga selalu ingin berbagi kebahagiaan dengan keluarga setiap mendapatkan hasil yang baik,” imbuh Gladies.
Utamakan Kebahagiaan Keluarga
Menurut Agustin, Gladies merupakan anak yang sangat menyayangi keluarga. Hal itu terbukti di saat kariernya sedang melesat seperti sekarang, ia selalu mengutamakan kebahagiaan keluarga.
“Bonus datang dari mana-mana, tapi Galdies tidak pernah mencari kesenangan sendiri. Paling-paling uangnya ditabung. Atau beli kebutuhan utama dia,” kata sang ibu.
Benar saja, Gladies belum memikirkan untuk apa bonus yang ia terima, baik bonus mentas sebesar Rp150 juta maupun bonus medali emas yang akan ia terima nanti.
“Saya belum memikirkan sih. Yang pasti, sebagian besar saya tabung,” ujar Gladies usai lomba, Jumat 13 September 2024.
Sang ibunda sendiri tidak pernah mengarahkan bonus yang didapatkan Gladies akan digunakan untuk apa. Ia menyerahkan kepada sang buah hati untuk menentukan sendiri. “Mama sudah tahu saya tahu mana yang terbaik,” ujar siswa kelas 3 SMA 6 Surabaya tersebut.
Sang ibunda sendiri tak mau terlalu mengatur sang anak, bahkan soal pendidikan Gladies diberi keleluasaan untuk memilih perguruan tinggi yang ingin ia masuki.
"Kayak kemarin kan dia pengen bikinkan ruang gym untuk ayahnya, akhirnya sudah tercapai. Awal rumah satu lantai, sekarang jadi tiga lantai. Lantai atas untuk saya berkebun. Yang bawah gym, yang tengah untuk tempat tinggal," pungkasnya.
Advertisement