Profil Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela Ngagel Surabaya
Titik awal tonggak berdirinya Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela (SMTB) tahun 1958. Seperti diketahui, pada 1950-an, daerah Ngagel, Surabaya dan sekitarnya sebagian besar masih merupakan persawahan dan ladang. Pada saat sebagian wilayah mulai dipasang kapling perumahan, Keuskupan Surabaya mempergunakan kesempatan tersebut ikut membeli beberapa kapling tanah untuk mempersiapkan pendirian gedung gereja beserta rumah pasturan dan gedung sekolah dimasa mendatang.
Saat itu, pembangunan perumahan terganggu oleh aktivitas ratusan keluarga yang mendirikan rumah secara liar, termasuk di atas lahan yang telah dibeli Keuskupan Surabaya. Akan tetapi pembangunan perumahan resmi akhirnya dapat berjalan dengan baik.
Saat umat Katolik di Ngagel bertambah, Keuskupan Surabaya merasa perlu meningkatkan pelayanan dan pembinaan iman Katolik di Ngagel. Keuskupan menyediakan sebuah rumah biasa di Jalan Ngagel Jaya Tengah VI/ 17 untuk dipergunakan sebagai tempat ibadah kebaktian darurat.
Rumah tersebut diresmikan dan diberkati pada tanggal 5 Nopember 1967. Tugas pelayanan dan pembinaan pertama kali dipercayakan kepada Pastur M. Van Driel CM, kemudian terakhir dipercayakan kepada Pastur H.A. Massen CM yang dipindahkan dari Blitar ke Surabaya.
Setelah perkembangan jumlah umat mulai banyak, dirasakan perlunya membangun rumah ibadah yang lebih besar. Tanggal 9 April 1968 dimulai penggalian fondasi di atas tanah kosong yang telah tersedia. Tanggal 8 Desember 1968, bertepatan dengan persemian nama ‘Santa Maria Tak Bercela’, gereja baru yang merupakan sebagian dari bangunan SDK Santa Clara di Jalan Ngagel Madya Nomor 1 Surabaya, diberkati oleh Mgr. J.A.M Klooster CM selaku Uskup Surabaya masa itu. Bersamaan dengan pembangunan Gereja SMTB, gedung TK dan SD juga mulai dibangun yang kepengurusannya diserahkan kepada para suster dari Kongregasi Missonaris Claris sehingga menjadi dikenal dengan sekolah ‘Santa Clara’.
Gereja tersebut masih bersifat sementara dengan status Stasi dari Paroki Darmo dan mempunyai daya tampung sekitar 350 umat. Karena belum ada rumah pasturan, Pastur H.A. Massen CM masih tinggal di Pasturan Paroki Darmo. Saat itu, ia juga merangkap bertugas di Stasi Sidoarjo.
Paroki SMTB
Wilayah Ngangel pada masa itu masih merupakan Wilayah 5 dari Paroki Hati Kudus di Darmo. Setelah jumlah umat Katolik di daerah Ngagel dan sekitarnya berkembang pesat, Pastur H.A. Massen CM mengusulkan agar daerah baru ini sebagai suatu paroki baru. Usul tersebut disetujui Mgr. J.A.M. Klooster CM pada tanggal 9 April 1969 sebagai Paroki Santa Maria Tak Bercela dengan Pastur Kepala Paroki yang pertama adalah Pastur H.A. Massen CM.
Pembangunan tahap I
Tanggal 19 September 1971 dimulai penggalian fondasi untuk pembangunan gereja tahap I dengan pembiayaan dari swasembada umat dengan cara mengadakan bazar amal dan sebagainya serta dari sumbangan para donatur dan Wali kota Surabaya melalui Sub Direktorat Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Pastur H.A. Massen CM selama cuti di Belanda juga berhasil mengumpulkan dana.
Gereja tahap I diberkati penggunaannya oleh Uskup Surabaya Mgr. Jan Antonius Klooster, CM pada tanggal 24 Desember 1972 dan pengguntingan pita dilakukan oleh Ibu Soekotjo, istri Wali kota Surabaya. Daya tampung saat itu adalah sekitar 700 umat.
Pembangunan tahap II
Pembangunan gereja tahap II direncanakan karena gereja sudah tidak dapat menampung umat yang melakukan ibadah disana. Pada tanggal 23 Oktober 1974, mulai digali fondasi untuk bangunan gereja tahap II. Namun, karena kelelahan, setelah dinding berdiri, Pastur H.A. Massen CM terpaksa meninggalkan pekerjaan yang belum selesai untuk berobat di Belanda karena penyakit yang dideritanya. Para panitia pembangunan beserta umat tetap meneruskan sehingga kerangka atap dapat dipasang.
Sekembalinya dari berobat, pastur H.A. Massen CM langsung melanjutkan pembangunan gereja tahap II hingga selesai dan diberkati oleh Mgr. J.A.M. Klooster CM. Upacara peresmian dengan pengguntingan pita dikukuhkan oleh Pejabat Kotamadya Surabaya dan disaksikan oleh Bimas Katolik, Kanwil Depag Dati I Jawa Timur.
Gedung gereja tahap II kemudian dipergunakan sebagai Gedung Pertemuan dan disatukan dengan gereja tahap I. Ruangan ibadah kebaktian total dapat menampung sekitar 1.500 umat dengan balkon di lantai 2 berkeliling dari sayap kiri, belakang, hingga sayap kanan. Bangunan gereja tahap II bertahan sampai tahun 2001 yang kemudian dirombak untuk memenuhi kebutuhan umat yang bertambah. (*)