Profil Annar Sampetoding, Bos Nikel Asal Sulsel Otak Kasus Pabrik Uang Palsu di UIN Makassar
Polisi kembali menetapkan tersangka baru dalam kasus pabrik uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan. Tersangka baru ini adalah Annar Salahuddin Sampetoding (ASS), seorang pengusaha ternama asal Sulawesi Selatan. Dengan penetapan ini, total tersangka dalam kasus tersebut kini mencapai 18 orang.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak seperti dikutip Antara membenarkan penetapan ASS sebagai tersangka setelah pemeriksaan intensif pada Kamis, 26 Desember 2024 malam hingga Jumat, 27 Desember 2024. "Statusnya sudah tersangka," ujar AKBP Reonald pada Sabtu, 28 Desember 2024.
Lebih lanjut, Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Yudhiawan Wibisono, menjelaskan bahwa peran Annar Salahuddin Sampetoding dalam sindikat ini sangat signifikan. "ASS berperan sebagai donatur utama. Ia membiayai pembelian bahan baku produksi uang palsu," kata Irjen Yudhiawan.
Produksi uang palsu berawal di Rumah Annar Salahuddin Rumah Annar Salahuddin di Jalan Sunu 3, Makassar, menjadi lokasi awal produksi uang palsu. Namun, karena permintaan cetakan meningkat, sindikat memindahkan proses produksi ke Kampus UIN Alauddin di Gowa untuk menggunakan alat cetak dengan kapasitas lebih besar.
"Produksi awal dilakukan di rumah ASS di Jalan Sunu. Namun, karena jumlah cetakan meningkat, mereka memindahkannya ke kampus UIN di Gowa," ujar Yudhiawan.
Dalam kasus ini, mesin cetak berbobot dua ton senilai Rp600 juta didatangkan dari Tiongkok melalui Surabaya. Mesin tersebut diselundupkan ke Kampus UIN Alauddin oleh tersangka Andi Ibrahim dengan alasan mencetak buku perpustakaan.
Kasus ini terungkap setelah polisi mendeteksi transaksi mencurigakan antara tersangka Mubin dan Andi Ibrahim di wilayah Gowa dan Makassar.
Dari penyelidikan, diketahui uang palsu pecahan Rp100.000 yang diedarkan Mubin berasal dari Andi Ibrahim, yang mendapatkan uang tersebut dari Syahruna. "Uang palsu dicetak sendiri oleh Syahruna di rumahnya di Jalan Sunu. Rumah itu diketahui milik ASS," kata Kapolres Gowa.
Polisi juga mengungkap bahwa bahan baku pembuatan uang palsu dibiayai oleh ASS melalui perantara John Biliater Panjaitan. Kertas khusus dan tinta diimpor melalui seorang importir bernama Reza, sementara bahan lainnya dibeli secara online.
Pada 15 Desember 2024, tim gabungan Satreskrim Polres Gowa dan Polsek Pallangga melakukan penggeledahan di gedung Perpustakaan UIN Alauddin, Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu. Wakil Rektor I dan II UIN Alauddin turut menyaksikan proses tersebut.
Tersangka Kamarang di Gantarang, Pallangga. Irfandi di kantor BNI Bulo Gading, Makassar. Mubin di area parkir Kampus UIN Alauddin. Pada 8 Desember 2024, polisi menangkap Andi Ibrahim dan Syahruna. Tiga hari kemudian, tersangka Sukmawati dan Sattariah juga berhasil diamankan.
Penangkapan berlanjut hingga polisi menangkap tujuh orang di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, serta Ambo Ala di Kabupaten Wajo. Saat ini, polisi masih memburu tiga orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
"Kami akan terus mengejar tiga DPO yang belum tertangkap. Kasus ini akan kami tuntaskan hingga ke akar-akarnya," tegas Irjen Yudhiawan.
Profil Annar Sampetoding
Muhammad Aaron Annar Sampetoding lahir pada 18 Februari 1982. Ia adalah seorang pengusaha muda Indonesia. Ia adalah pengusaha generasi keempat di keluarganya. Kakek buyutnya, Jacob Sampetoding, pemilik PT Perto, perusahaan tambang nikel yang sekarang berubah menjadi PT Aneka Tambang Tbk.
Kakeknya, Siner Reysen Sampetoding adalah salah satu pengusaha konsesi hutan pertama di Indonesia. Sedangkan ayahnya, Annar Salahuddin Sampetoding, adalah komisaris dari Sulwood Group dan Siner Group, yang bergerak di bidang izin usaha pemanfaatan hasil hutan, properti dan perdagangan umum.
Muhammad Aaron Annar Sampetoding pernah menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Pusat (2013-2017). Ia sekarang menjabat Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Hipmi Provinsi DKI Jakarta.
Ia juga banyak terlibat dalam organisasi usaha lainnya seperti APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) dan juga KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia). Selain itu, Muhammad Aaron Annar Sampetoding mendirikan Yayasan Jakpus (Jakarta Pengusaha Sosial), sebuah yayasan sosialpreneur yang menawarkan gagasan dan solusi kewirausahaan dalam menyelesaikan masalah sosial seperti pengelolaan sampah, sanitasi masyarakat, gizi, edukasi kewirausahaan masyarakat yang kurang mampu dan peningkatan kemampuan usaha mikro kecil dan menengah.
Yayasan Jakpus mempunyai posko bank Sampah di daerah Petamburan Jakarta Pusat, dimana posko ini menjadi pusat pengumpulan barang bekas dan edukasi pemilahan sampah agar dapat menjadi produk bernilai jual ekonomi.
Advertisement