'Profesor' Zamroni Teknisi Motor Tua Belajar dari Bonek
Komunitas motor tua memberi gelar Zamroni 'profesor'. Ia dianggap mempunyai keahlian di atas rata-rata dalam memperbaiki motor zaman baheula yang sudah puluhan tahun mati. Kelebihan lainnya, Zamroni ringan tangan, suka membantu motor teman-temannya yang mogok di jalan. Tanpa mempertimbangkan waktu. Kapan saja kalau dimintai tolong ada anggota komunitas yang motornya mogok langsung berangkat.
"Arek-arek lebay (anak-anak berlebihan kasih gelar 'profesor'), saya bukan siapa-siapa. Tapi alhamdulillah Allah memberi saya ilmu bisa memperbaiki motor tua, di mana orang lain tidak bisa," ujar Zamroni merendah.
Di rumahnya Jalan Menur Pumpungan Surabaya yang juga tempatnya bekerja, teronggok belasan motor tua dari berbagai merek dengan tahun yang berbeda. Ada BSA, Norton, Triumph, AJS, Matchles, BMW DKW, Zundapp, FN, Ok Supreme, Harley Davidson dan masih ada beberapa merek lainnya.
Motor tertua yang pernah ditangani adalah FN buatan 1914, OK Supreme 1927, dan Norton 1928. "Motor yang saya tangani ini umurnya jauh lebih tua dari saya, saya lahir 1968 (usia 56 tahun)," ujar Zamroni dengan nada bercanda.
Waktu ditemui Ngopibareng.id, Zamroni sedang menangani sebuah motor merek BSA keluaran 1956 milik Akbar, seorang mahasiswa UPN Surabaya. Motornya minta segera diselesaikan karena akan dipakai touring ke Bandung awal Agustus mendatang.
Motor tua seharga Rp130 juta tersebut mengalami gangguan pada rem depan, sekalian ngecek mesin supaya tidak mogok saat menuju Bandung.
Motor kuno yang menumpuk di rumahnya kiriman dari beberapa daerah, antara lain Gorontalo, Pontianak, Batam, Bali, Lombok, Malang selain Surabaya. Motor yang dari luar pulau dikirim lewat kapal laut, rata rata dalam kondisi rusak, minta diperbaiki. Kalau sudah selesai, mengembalikannya dengan cara yang sama, yakni dititipkan ABK. Tapi sekarang ada regulasi yang agak ribet dan mahal. Tingginya CC dan beratnya motor ikut menentukan harga tiket kapal.
Sesama komunitas motor tua, terjalin hubungan yang cukup erat, saling percaya dan harus saling membantu kalau ada problem, misalnya motor mogok di jalan atau ada yang membutuhkan sparepart. Mencari onderdil motor yang berumur satu abad tidak mudah, apalagi yang orisinil tidak bakal ketemu. "Solusinya harus melakukan rekayasa, tak perlu orisinil yang penting motor bisa jalan," ungkap Zamroni.
Soal biaya, Zamroni selalu terbuka, sparepartnya habis berapa, tingkat kesulitannya bagaimana, baru dihitung ongkos kerjanya.
"Selama menangani motor kuno upah tertinggi yang pernah saya terima Rp10 juta. Upah terendah suwon yo cak, atau hanya dengan mengucapkan terima kasih," tutur Zamroni sambil tertawa.
Selama ini tidak ada yang kapok, malah banyak yang mengajak temannya memperbaiki motornya ke bengkel motor tua tanpa nama tersebut.
Kebanggaan Zamroni bukan pada nilai uang yang diterima, tapi ketika melihat pemilik motor senang motornya yang sudah lama mangkrak bisa jalan lagi.
Belajar dari Buku
Sebelumnya Zamroni tidak pernah bersentuhan dengan motor kuno, apalagi soal mesin. Kalau orag Surabaya bilang 'nol potol' artinya tidak mengerti sama sekali.
Waktu ke Bali, ia berniat ingin membantu kakaknya yang punya toko bahan sepatu. Selama menjaga toko, ada temannya dari Surabaya datang mengendarai motor BSA.
Zamroni pun meledeknya, "Motor elek digowo rene, isin-isini, gak onok sing luwih elek ta" (motor jelek dibawa, memalukan, tak ada yang lebih jelek lagi). Seingatnya kejadian itu tahun 1990.
Beberapa minggu kemudian temannya itu datang lagi membawa motor dengan merek sama yaitu BSA 1956 dengan kondisinya lebih baik, tidak bulukan lagi. Temannya bercerita tentang komunitas motor kuno.
Akhirnya zamroni tertarik, motor itu dibeli dengan harga Rp2 jutaan. Apesnya, baru dipakai jalan dua hari motornya itu sudah mogok. Hal ini membuat Zamroni kesal.
Zamroni kemudian mengundang temannya, ternyata juga tidak tidak mengerti mesin. Dengan modal nekat, Zamroni mencoba memperbaikinya motornya sendiri, ternyata kerusakannya makin parah, selang pengatur oli untuk mendinginkan mesin masangnya terbalik mengakibatkan mesin panas serta ada beberapa bagian hangus.
Zamroni makin penasaran beberapa anggota komunitas motor kuno diundang ke toko kakaknya diajak mencari jalan keluarnya, supaya motornya itu bisa jalan.
Salah seorang anggota komunitas menyarankan Zamroni mencari buku panduan tentang motor BSA. Ia pun setuju. Setelah buku itu diperoleh justru muncul masalah baru. Buku tersebut seluruhnya berbahasa Inggris.
"Nggak kurang akal buku saya bawa ke Pantai Kuta Bali. Saya minta tolong guide atau pemandu wisata menjelaskan isi buku tersebut. Ternyata tidak semuanya bisa, tetapi sebagian sudah translate dan langsung dipraktikkan," kenang Zamroni.
"Setelah beberapa kali melakukan percobaan mulai berhasil, tetapi belum maksimal larinya nggak bisa kencang," imbuhnya.
Zamroni kemudian ke Kuta lagi untuk menerjemahkan halaman yang sangat teknis. Setelah dipraktikan lagi, motornya bisa lari kencang. Suara mesinnya halus dan tidak mogokan lagi.
"Sejak itu saya mulai senang utak-utek motor, kuno dan bantu memperbaiki motor teman yang rewel dan sering mogok walupun ongkosnya hanya diajak ngopi. Abi (ayah) saya sempa heran melihat saya bisa memperbaiki motor," tuturnya.
Penguasaannya terhadap teknologi motor kuno terus bertambah setelah sering touring bersama komunitas motor tua sampai ke Batam. Setiap ada motor yang mogok di jalan Zamroni yang turun tangan.
"Saya akui pengalaman adalah guru yang terbaik. Saya telah membuktikannya, saya memperbaiki motor kuno karena belajar dari pengalaman," ujar bapak dua anak ini.
Setelah bertahun bergelut dengan motor tua, ia memulai kariernya sebagai teknisi motor tua pada 1998. Teman komunitas motor tua tambah banyak hampir seluruh Indonesia.
"Salah satu pelanggannya ada yang berpangkat laksamana TNI AL," ujar Zamroni.
Motor BSA 1956 yang dibelinya dengan harga Rp2 juta, tetap dirawatnya sampai sekarang, sudah ada yang menawar Rp130 juta. Tapi tidak akan dijual.
"Motor tua dalam keadaan jalan dan surat suratnya komplit harganya bisa mencapai 130 sampai 150 juta Rupiah," tuturnya.
Advertisement