Atasi Pengangguran di Era Digital, Ini Tawaran Solusi Profesor UB
Seorang dosen Universitas Brawijaya (UB) Malang, Devanto Shasta Pratomo mengatakan, Indonesia harus menyelaraskan perkembangan di era ekonomi digital agar pengangguran di usia produktif tidak terus bertambah tinggi.
Berdasarkan data yang ia lansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Indonesia termasuk negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia, dengan populasi lebih dari 260 juta jiwa. Sensus Penduduk 2010 menunjukkan jumlah penduduk dalam kategori usia produktif jauh lebih besar dibandingkan penduduk dalam kategori tanggungan.
"Penduduk usia produktif jauh lebih banyak daripada usia tanggungan. Bonus demografi tidak berimplikasi terhadap ketenagakerjaan. Sehingga tugasnya adalah bagaimana memanfaatkan bonus demografi ini. Sehingga nanti tidak banyak pengangguran," tuturnya, saat ditemui di ruang Senat Lantai 2 UB, pada Selasa 17 Desember 2019.
Devanto mengatakan, memang angka pengangguran di Indonesia pada 2018, turun dua digit dibanding pada 2015. Namun, angka pengangguran itu masih lebih tinggi dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina yang berada di kisaran 2 sampai 3 persen.
"Maka dari itu Indonesia harus menyelaraskan diri dengan ekonomi digital. Sebab kalau tidak ekonomi digital itu sifatnya destruktif," terangnya.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah yaitu, menggiring minat dan karakter dunia pendidikan yang ramah terhadap dunia digital.
"Contohnya seperti kurikulum yang ada sekarang ini, tidak hanya sebatas hard skill dan soft skill, namun juga ditambah dengan digital skill," ujar Devanto.
Selain dari segi pendidikan, pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga perlu diarahkan ke dunia digital.
"Terakhir adalah pengembangan ekosistem yang ramah digital. Ini hraus bersinergi antara dunia usaha, pendidikan dan pemerintah. Kolaborasi ini diperlukan terutama dalam hal penelitian dan pengembangan, inovasi, serta upaya peningkatan nilai tambah," ucapnya.
Menurutnya Indonesia belum terlambat untuk mengantisipasi datangnya era ekonomi digital.
"Karena hampir semua negara di dunia juga mengalami hal yang sama dengan datangnya perubahan ekonomi digital yang mendadak," tuturnya.
Uraian di atas akan disampaikan oleh Devanto dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Momentum Bonus Demografi dan Tantangan Ketenagakerjaan di Era Ekonomi Digital" saat acara pengukuhannnya sebagai Profesor di Bidang Ketenagakerjaan pada Rabu 18 Desember 2018, hari ini, di Gedung Widyaloka, UB.