Profesor UB Tawarkan Eco-Tourism sebagai Wisata Konservasi Alam
Profesor Universitas Brawijaya (UB) Luchman Hakim, menawarkan eco-tourism sebagai wisata konservasi alam. Eco-tourism yang ditawarkan ini tidak hanya mendatangkan keuntungan ekonomi namun juga dapat menjaga kelestarian alam.
Hal itu tertuang dalam penelitiannya yang berjudul "Penguatan Aspek Lingkungan dalam Industri Wisata Alam Di Indonesia Yang Berdaya Saing Dan Berkelanjutan"
Penelitian tersebut akan dipaparkan dalam orasi ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai Profesor di Bidang Ilmu Manajemen Lingkungan dan Pariwisata, pada Rabu 4 Desember 2019, di Gedung Widyaloka, UB.
Menurut Lucman, eco-tourism ini dikembangkan untuk mencari sebuah keterkaitan antara pelestarian alam dan mendapatkan keuntungan ekonomi.
"Dalam situasi dunia saat ini di mana kita mengalami krisis lingkungan. Masyarakat selalu berpikir untuk fokus mendapatkan keuntungan," tuturnya pada Selasa 3 Desember 2019 di Ruang Senat UB.
Maka eco-tourism kata Lucman, merupakan sebuah konsep pariwisata yang tidak mengambil pasar mass-tourism atau pariwisata dalam jumlah massal.
"Contohnya seperti di kawasan Bromo, itu bentuknya mass-tourism. Banyak masalah lingkungan yang timbul seperti sampah. Saya juga melihat Ranu Pani tidak seperti dulu lagi. Sekarang sudah tidak ada danau-nya," jelasnya.
Maka dalam eco-tourism, para wisatawan akan dibatasi jumlahnya, serta kata Lucman, tentu biaya wisatanya juga akan lebih mahal dari mass-tourism.
"Kami batasi, sebab, setiap bentuk flora dan fauna dan ekosistemnya memiliki respon dan kapasitas yang beragam dalam menerima kunjungan wisatawan," ujarnya.
Oleh karena itu, Lucman mengatakan, daya dukung ekologis perlu diketengahkan dalam tiap upaya perencanaan dan pengembangan destinasi wisata.
"Potensi pasar eco-tourism ini besar. Terutama didominasi wisatawan asing. Sebab memiliki pengetahuan yang lebih dan apresiasi yang tinggi. Namun wisatawan lokal juga terus bertumbuh minatnya," terangnya.
Apalagi terang Lucman, eco-tourism semakin berkembang, maka hal itu menjadi potensi keuntungan yang dapat diambil.
Eco-tourism kata Lucman dapat dibangun dengan menggabungkan instrumen sains, teknologi dan sudut pandang wisata alam untuk pengelolaan sumberdaya lingkungan secara berkesinambungan.
"Maka eco-tourism ini lebih menonjolkan wisata edukasi dengan pendamping wisata dari para ahli-ahli sains," tutupnya.
Advertisement