Profesor Jepang pun Menangis di Makam Gus Dur
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) selalu menyimpan misteri. Bukan saja bagi warga Nahdliyin atau orang Indonesia, bahkan bagi orang luar negeri pun sangat terkesan dengan misteri sosok Gus Dur. Kepada siapa saja, Gus Dur selalu berbuat baik, bahkan sangat baik.
“Saya masih ingat, saat itu tahun 1995. Saya mahasiswa doktoral di Sidney University Australia. Saya meneliti tentang demokrasi di Indonesia. Saya mengirimkan surat kepada Gus Dur. Saya sebenarnya tidak berharap mendapatkan balasan dari Gus Dur, karena beliau orangnya sangat sibuk dan sudah terkenal dimana-mana,” tegas Prof Hisanori Kato, dari Fakulty of Policy Studies, Chuo University, Tokyo Jepang.
“Saya kaget, tidak menyangka. Ternyata, surat saya dibalas Gus Dur. Saya dipersilahkan datang di PBNU untuk wawancara dengan beliau. Saya sangat senang saat itu, karena rencana wawancara dengan Gus Dur menemukan jalan terang,” lanjutnya.
Pengakuan Prof Kato ini, pernah disampaikan di depan jajaran PWNU Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Pak Sulaiman, ajudan Gus Dur, saat itu yang mangatur pertemuan Kato dengan Gus Dur. Tibalah waktunya, Kato berangkat ke Jakarta. Mencari gedung PBNU untuk bertemu dengan Gus Dur.
“Pertemuan pertama saya dengan Gus Dur sangat terkesan. Tiga jam saya berdiskusi dengan Gus Dur, dan itu tidak terasa. Gus Dur memberikan pandangan-pandangannya terkait demokrasi di Indonesia. Tidak lupa, Gus Dur selalu membuat saya senang dengan canda-candanya yang menyenangkan dan menyegarkan,” lanjut Prof Kato yang begitu terkesima dengan sosok Gus Dur.
Sejak pertemuan pertama itu, Prof Kato sangat senang bisa berteman dengan Gus Dur. Dia merasakan betul bagaimana Gus Dur orangnya sangat baik.
“Gus Dur itu sangat baik. Beliau sangat menghormati orang lain, tidak melihat agama dan lainnya. Gus Dur tepat janji, kepada siapa saja. Saya tidak menyangka bisa sedekat itu dengan Gus Dur,” lanjut Prof Kato.
“Sampai sekarang saya sangat merindukan sosok Gus Dur. Sewaktu di Tebuireng Jombang, saya menangis di depan pusara (makam) Gus Dur,” tutur Kato.