Prof Dr Sri Edi Swasono: Jangan Lupakan Kekejaman PKI
Bercerita tentang pembataian PKI di Madiun tahun 1948, tak bisa dipisahkan dengan Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Sri Edi Swasono.
Salah seorang korban peristiwa Madiun itu adalah ayahnya bernam Moenadji Soerjohadikoesoemo. Waktu orang tua dibantai PKI, ia baru berusia 8 tahun.
Ayah menantu Bung Hatta ini ditembak mati oleh PKI. Beliau digelandang ke penjara oleh PKI ketika disuruh pilih Soekarno-Hatta atau Amir-Muso.
"Ayah saya pilih Soekarno-Hatta, ya tentu ditembak mati," kata Sri Edi saat ngobrol di Jakarta, Selasa, 29 September 2020.
Ayah Sri Edi saat itu merupakan hakim di Pengadilan Ngawi, bersama enam pejabat lainnya di Ngawi dikubur bersama-sama setelah ditembak. Mereka dikubur dalam satu liang lahat di Dungus, Madiun.
"Tepatnya di sebelah timur Bengawan Madiun di Ngawi. Dua minggu kemudian baru ditemukan liang lahat itu berkat petunjuk Lurah Dungus. Masing-masing bisa diidentifikasi berkat dr Soeroto, Kepala RS Ngawi," kata Sri Edi.
Ia mengatakan, PKI membunuh banyak orang dengan cara yang kejam. Banjir darah tidak hanya di Ngawi, tetapi juga di seluruh Kabupaten di Karesidenan Madiun.
"PKI yang berontak membunuhi rakyat. Kalau saja pada G-30S/PKI 1965, PKI yang menang, kita yang mereka bunuh lagi seperti para jenderal yang dibunuh di Lubang Buaya," ujar Sri Edi.
Sri Edi menjelaskan, PKI tidak pernah meminta maaf atas kejadian tersebut. Ia, bersama dengan enam saudaranya, menjadi anak yatim. Menurut dia, pembunuhan adalah kekejaman yang membawa keyatiman.
"Keyatiman adalah kesengsaraan, penderitaan, dan kepedihan berkepanjangan. Ibu saya saat itu baru berusia 31 tahun, dengan anak tertua 13 tahun, terkecil baru satu tahun," kisah dia.
Hingga akhirnya tiga tahun yang lalu ibu dari Sri Edi wafat pada usia 97 tahun. Selama 66 tahun, ibunya membesarkan Sri Edi dan keenam saudaranya seorang diri dengan status janda.
"Kami bersyukur jasad ayah saya masih dapat ditemukan. Tapi jasad Pak Soehoed, keponakan ayah saya, tidak ditemukan," ujarnya.
Sri Edi berharap bangsa Indonesia jangan lupa sejarah kekejaman PKI yang luar biasa, bahkan super biadab.
"Untuk itu, jangan lengah akan bangkitnya PKI. Jelas sudah, keturunan PKI tetap satu tujuan yaitu PKI bangkit dengan segala cara dan membentuk negara komunis. Ini adalah tugas kita bersama, membasmi bangkitnya PKI," kata Sri Edi.
Sri Edi Swasono adalah guru besar ekonomi di Universitas Indonesia. Ia pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari utusan golongan pada zaman orde baru.
Ia juga merupakan saudara dari Sri Bintang Pamungkas. Ia banyak berkecimpung di dunia koperasi. Ia adalah menantu pertama Bung Hatta, suami Muetia Hatta (menikah 1973)
Pada 16 September 2020, genap berusia 80 tahun.