Prof Ridlwan Nasir, Menyongsong Takdir Selepas Tanah Suci
Prof Dr KH Ridlwan Nasir wafat setelah menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci, Makkah. Dalam perjalanan pulang di atas pesawat, mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (kini, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel [UINSA]) menghembuskan nafas terakhir pada Rabu malam 15 Januari 2025.
Sejak Kamis 16 Januari 2025 pagi, keluarga dan kerabatnya tengah siap-siap menerima kedatangan jenazah Prof Ridlwan Nasir.
Nampak yang tengah berada di kediaman duka, sejumlah tokoh Surabaya, seperti KH Abdul Mukhit Murtadlo (Ketua MUI Kota Surabaya), KH Syukron Djazilan (Ketua LD PWNU Jatim) dan tetangga dekat di bilangan Wonocolo Surabaya.
Info saat ini jenazah Prof.Prof Dr KH Ridwan Nasir masih di Batam. Rencana pagi ini akan diterbangkan dari Batam, tiba di juanda sekitar jam 14.00 Wib. Lalu dibawa ke rumah duka Jemur Wonosari Gang Lebar, selanjut dishalatkan di Masjid UINSA. Setelah itu disholatkan di Masjid Al Akbar Surabaya dan dilanjut dimakamkan di Kompleks Pesantren Alif Laammim Surabaya.
Kronologi Kejadian
"Insya Allah Jenazah akan tiba di Juanda, hari hari Kamis 16 Januari 2025 Jam 16.00 (bisa berubah). Kemudian Jenazah dibawa menuju kediaman, terus menuju Masjid UINSA untuk dishalatkan. Menuju Masjid al-Akbar untuk dishalatkan dan terakhir menuju pesantren Alif Lam Mim untuk dimakamkan," ungkap keluarga.
Kronologinya begini. Dalam perjalanan pulang umrah naik pesawat dari Jeddah transit di Kuala Lumpur. Setelah itu naik pesawat dari Kuala Lumpur menuju Juanda, dalam penerbangan sekitar 1 jam beliau mendadak sakit. Lalu mengembuskan nafas terakhirnya.
Pesawat kemudian mendarat darurat di Batam. Selanjutnya jenazah diturunkan di Batam. Kemudian pesawat melanjutkan penerbangan ke Juanda.
“Jadi posisi jenazah di Batam. Pagi ini jam 7.30 rencana diterbangkan dari Batam dan mendarat di Juanda sekitar pukul 14.00 WIB,” tuturnya.
Pribadi Humoris Menjemput Maut
Prof Kiai Ridlwan Nasir, dilahirkan di Tegal tanggal 17 Agustus 1950, adalah ahli tafsir. Pasca menjabat rektor IAIN Sunan Ampel Prof Ridlwan Nasir diangkat sebagai Kepala Yayasan Lembaga Pendidikan Khadijah Surabaya,Imam Besar Masjid Al Akbar Surabaya dan menjadi Mustasyar PWNU Jatim.
Sebelum Wafat Prof Ridwan Nasir pernah buku Biografi berjudul "Menyongsong Takdir, Meniti Asa" diluncurkan dalam suatu acara di Gedung Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.
Buku setebal 370 halaman ini merupakan karya persembahan ulang tahunnya ke-66. Dalam peluncuran buku tersebut, selain dihadiri sang penulis, juga dihadiri para kolega dan murid profesor kelahiran Tegal ini.
Prof. Ridlwan, saat itu menuturkan apabila biografi dirinya ini ditulis untuk pengingat bagi anak-cucu serta para muridnya.
“Setidaknya dari buku ini keturunan saya bisa belajar banyak dari kehidupan saya selama ini.” ujar pria yang pernah menjabat Rektor UIN Sunan Ampel selama dua periode dalam sambutannya.
Menurut Wakil Rais PWNU Jatim tersebut, melalui buku ada berbagai pelajaran hidup yang bisa dipetik dari perjalanannya. Hal ini berbeda apabila hanya disampaikan melalui lisan yang daya jangkau, durasinya lebih pendek, dan gampang dilupakan. Melalui buku, siapapun bisa belajar, kapan pun dan di manapun.
Buku yang ditulis Chafid Wahyudi, Wasid Mansyur, Rijal Mumazziq Z, Ali Hasan Siswanto serta Ach. Syaiful A’la ini mengupas perjalana hidup Prof. Ridlwan sejak menjadi yatim di usia 40 hari, belajar di Pondok Tebuireng, menapak karir sebagai aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII, menjabat sebagai rektor, Direktur Pascasarjana UINSA hingga ketua tim seleksi Ketua KPU Nasional.
Rentang perjalanan panjang inilah yang membuat tim penulis sepakat membukukan biografi Prof. Ridlwan Nasir.
Sedangkan Prof. Masdar Hilmy, Ph.D yang merupakan Wakil Direktur Pascasarjana UINSA menjelaskan apabila buku “Menyongsong Takdir, Meniti Asa” adalah hamparan perjalanan yang pantas diapresiasi dalam sebuah buku.
Dia menuturkan perjumpaan awalnya dengan Prof. Ridlwan dan bagaimana metode sang profesor dalam mengatur waktu, menjalin relasi, hingga menjadi organisatoris yang baik.
“Apalagi beliau ini punya banyak ijazah amalan dari para kiai, yang juga diijazahkan kepada murid-muridnya.” kata Prof. Masdar.
Di antara amalan rutin yang dilakukan Prof. Ridlwan adalah Shalawat Badawiyah yang dia dapatkan melalui KH. Adlan Aly, Pengasuh PP. Walisongo Cukir Jombang. Amalan inilah yang biasanya dia ijazahkan untuk para mahasiswanya.
Sedangkan Prof. Ali Aziz, MA, salah satu koleganya, menjuluki Prof. Ridlwan sebagai Doctor Humoris Causa karena koleksi humornya yang berlimpah.
“Di manapun Mas Ridlwan ini ada, pasti ada humor terbaru. Makanya beliau ini awet muda dan tampaknya nggak pernah susah,” kelekarnya.
Umat Islam, khususnya warga Nahdliyin, kembali kehilangan tokoh besar. Prof Dr KH Ridlwan Nasir, mantan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel (kini Universitas Islam Negeri Sunan Ampel [UINSA]) Surabaya wafat.
Imam Masjid Nasional Al-Akbar ini wafat dalam perjalanan pulang umrah dari tanah suci, Rabu 25 Januari 2025 malam waktu Indonesia.
“Beliau wafat di dalam pesawat sepulang dari umrah,” ujar Prof KH Imam Ghazali Said, MA.
Imam Ghazali Said, saat diumumkan Ust Taufik Mukti pada acara Tasyakuran Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di kantor PCNU Kota Surabaya.
“Umrahnya sudah selesai,” tambah pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur Wonocolo Surabaya itu.