Prof Puruhito Sebut Distribusi Dokter di Indonesia Kacau
Rencana pemerintah mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri terus menimbulkan polemik di masyarakat, terutama kalangan profesi dokter.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. Puruhito mengatakan rencana Kementerian Kesehatan yang akan mendatangkan tim dokter dari Arab Saudi untuk melakukan operasi jantung kompleks di RS Adam Malik, Medan, Sumatera Utara adalah sikap yang menyepelekan kemampuan warganya sendiri.
Puruhito yang juga soerang dokter spesialis bedah jantung mengaku pernah memanggil kolega dari mancanegara sebagai dokter ahli bedah jantung pada tahun 1973. "Saya ini ahli bedah jantung. Saya tahu persis apa yang terjadi di Medan. Seperti itu sudah saya lakukan 50 tahun yang lalu. Tahun 1973 itu saya mendatangkan teman-teman dan guru-guru saya dari luar negeri," paparnya, saat ditemui pasca aksi damai bela Prof. Budi Santoso, di Kampus A Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Kamis 4 Juli 2024
Puruhito mengatakan, kebutuhan dokter spesialis di tanah air sebenarnya sudah sangat terpenuhi. Menurutnya, hal yang menjadi persoalan pemerintah pusat adalah mengenai distribusi dokter spesialis yang kurang tepat dilaksanakan serta pemenuhan fasilitas layanan kesehatan di daerah terluar dan terpencil yang kurang belum selesai.
"Kalau saya melihat yang salah itu distribusinya. Itu saja. Sekarang kita lihat di Jakarta saja, ada 43 ribu dokter spesialis. Ini yang salah siapa? Saya pernah ke Flores. Di sana tidak ada dokter. Di Labuan Bajo sampai Ende puskesmasnya hanya dua," ucapnya.
Puruhito menyebut, masalah pendistribusian dokter spesialis tidak hanya daerah-daerah pelosok Indonesia, di Surabaya pun juga mengalami masalah serupa. "Jadi distribusinya yang bermasalah. Surabaya yang begitu besarnya pun kadang-kadang masih kekurangan (dokter spesialis). Saya sebagai senior pun merasa kewalahan," ungkapnya.
Mantan Rektor Universitas Airlangga periode 2001-2006 ini percaya, kualitas tenaga kesehatan yang diproduksi oleh sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, tidak kalah dengan para dokter asal luar negeri. Namun, lanjutnya, dokter-dokter di tanah air masih terganjal berbagai persoalan teknis yang menyebabkan persaingan itu tidak dapat berjalan seimbang.
"Produksi di negeri kita itu memberikan jaminan dokter yang berkualitas baik. FK Unair adalah salah satu produsen dokter terbaik di Indonesia. Apakah kita mampu bersaing dengan dokter asing? Iya, kita tidak kalah. Tapi yang kalah duitnya, pembiayaan yang kurang. Juga harga obat dan alat kesehatan," pungkasnya.