Prof Nidom: Alat Uji Covid-19 Saat Ini Keliru
Menurut ketua tim riset corona dan formulasi vaksin di Professor Nidom Foundation, yakni Chairul Anwar Nidom, rapid test yang saat ini dipakai di Indonesia keliru. Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah terlanjur membagikan alat tersebut ke beberapa rumah sakit rujukan sejak Jumat, 27 Maret 2020 lalu.
Peneliti yang kerap disapa Prof Nidom tersebut berpendapat, jika dilihat dari fungsinya, saat ini sudah ada dua jenis rapid test yang digunakan di seluruh dunia, yakni berdasarkan antibodi serta virus.
“Ada dua macam rapid test, yang pertama berdasarkan antibodi, lalu yang kedua berdasarkan virus atau antigen,” jelas Nidom ketika dikonfirmasi, Minggu, 29 Maret 2020.
Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut juga menyatakan pemerintah pusat telah keliru dalam mendatangkan rapid test dari China tersebut.
“Saat ini pemerintah telah impor rapid test yang mendeteksi antibodi, dan itu sedikit keliru,” ungkapnya.
Menurut Nidom, alat uji cepat pendeteksi virus corona atau Covid-19 itu tidak sesuai kebutuhan. Saat ini masyarakat Indonesia membutuhkan alat yang lebih spesifik, yakni pengecekan berdasarkan deteksi virus.
“Indonesia saat ini bukan rapid (test) ini yg diperlukan, tetapi rapid test yg berdasarkan deteksi virus,” tambahnya.
Perlu diketahui, Pemprov Jatim mendapat kiriman 18.400 alat uji cepat covid-19 dari Kementerian Kesehatan dan Yayasan Tzu Chi Buddha Jawa Timur. Alat tersebut telah didistribusikan ke 65 rumah sakit rujukan di seluruh Jawa Timur sejak Kamis, 26 Maret 2020. Uji cepat juga diberikan untuk wartawan di Surabaya pada Jumat 27 Maret 2020.
"Untuk 65 rumah sakit rujukan kami berikan 9.500 alat, 7.020 untuk dinas kesehatan kabupaten/kota di Jawa Timur. Sisanya sebanyak 1.800 kita gunakan untuk bufferstock kami," kata Khofifah.
Advertisement