Prof Nasaruddin Umar: Nilai Al-Quran Menerobos Zaman
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan, Al-Quran kitab suci untuk akhir zaman. Adalah wajar jika Al-Quran tidak akan pernah berhenti dikaji berbagai kalangan. Semakin dikaji selalu saja ada sesuatu yang baru dari dalamnya.
"Ini suatu bukti bahwa Al-Quran ialah firman Allah yang diturunkan bukan hanya pada masyarakat tempat dan di mana Al-Quran itu diturunkan, melainkan juga untuk manusia dalam lintasan sejarah," tuturnya.
Prof KH Nasaruddin Umar mengungkapkan hal itu terkait peringatan Nuzulul Quran, 17 Ramadhan 1441 H. Mantan Wakil Menteri Agama ini tampil dalam acara daring digelar Pemprov Jatim bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah bupati dan walikota di Jawa Timur, Sabtu 9 Mei 2020 semalam.
Sebagai kitab suci terakhir dalam keyakinan umat Islam, tutur Kiai Nasaruddin Umar, Al-Quran memang dituntut untuk mengaktualisasikan diri, kapan pun dan di mana pun. Nilai-nilai Al-Quran harus dapat menerobos zaman, menembus lapisan-lapisan kultural, dan melintasi wilayah-wilayah geografis.
Al-Quran yang didukung pribadi agung Rasulullah SAW berhasil melakukan transformasi sosial dari masyarakat jahiliah menuju masyarakat cerdas dan terampil. Dari masyarakat yang berkeadaban rendah (badawa) menuju masyarakat yang berkeadaban lebih tinggi (madani).
Dari masyarakat yang sama sekali tidak pernah diperhitungkan secara internasional dan regional menjadi masyarakat penentu kecenderungan masa depan (trend setter) di kawasan itu. Alquran tidak diturunkan di dalam masyarakat yang hampa budaya, tetapi turun di dalam masyarakat yang sudah sarat dengan nilai-nilai budaya lokal.
Kehadiran Al-Quran sebagai petunjuk tidak serta-merta melakukan pembersihan dan penggusuran terhadap berbagai nilai yang datang sebelumnya. Al-Quran membutuhkan waktu 23 tahun untuk melakukan enkulturasi dan reformasi secara gradual.
Hal itu dikenal dengan tiga prinsip dasar (usus al-tasyri’), yaitu
1) berangsur-angsur dalam penerapan tata-nilai (al-tadrij fi al-tasyri’);
2) penyederhanaan beban (al-taqlil al-taklif); dan
3) meminimalkan kesulitan (’adam al-haraj).
Adres utama dan pertama Al-Quran ialah masyarakat Arab yang dilukiskan Alquran sebagai bangsa paling kufur dan munafik (al-a’rab asydd kufran wa nifaqa/QS al-Taubah/9:97).
Mereka dikenal sebagai bangsa yang doyan dengan minuman keras dan untuk menghapuskannya diperlukan 4 ayat turun secara bertahap untuk sampai kepada penghapusan total:
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS al-Maidah/5:90).
Mereka juga gemar dengan sistem pembungaan uang alias rentenir dan untuk menghapuskannya diperlukan tujuh ayat turun secara bertahap untuk sampai kepada penghapusan total: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS Ali’Imran/3:130).
Kiranya kenyataan ini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa betapa pun mulianya sebuah perubahan yang dituju tetap membutuhkan waktu, kesabaran, strategi, dan rambu-rambu yang akan memandu agar arah perubahan itu tidak melenceng dari tujuan semula.
Rasulullah membutuhkan waktu 11 tahun dalam mewujudkan masyarakat madani di Madinah dengan penuh ketabahan. Seorang reformer atau pembaharu sejati tidak akan pernah menyalahkan keadaan atau menekankan kesalahan dan kelemahan orang lain, tetapi bagaimana mengubah keadaan menjadi lebih baik.
"Demikianlah prinsip yang membuat Rasulullah sukses di dalam melewati masa-masa sulitnya,"kata Kiai Nasaruddin Umar.
Advertisement