Produser Ma Aeint Hilang 5 Hari Usai Ditangkap Militer Myanmar
Media dan masyarakat sipil mendapat serangan langsung sejak pasukan militer Myanmar yang sudah kuat melakukan kudeta pada 1 Februari 2021. Korban terbaru ialah produser film sekaligus penulis Ma Aeint.
Dia telah menghilang tanpa jejak setelah ditangkap militer Myanmar. Keluarganya sama sekali tidak mengetahui keberadaan atau mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai penangkapan secara tiba-tiba kepada Ma Aeint.
Ma Aeint ditangkap tak lama setelah meninggalkan rumahnya pada Sabtu, 5 Juni lalu. Keesokan harinya, pihak keluarga diberi tahu mengenai penangkapan tersebut. Mereka hanya diinformasikan Ma Aeint sedang diinterogasi di tempat yang dirahasiakan.
Setelah itu, tak pernah ada informasi terbaru atau komunikasi yang dilakukan sejak penangkapan.
"Pada Minggu (6 Juni), perwakilan otoritas (bukan militer) memberi tahu tante saya yang tinggal di rumah nenek bahwa Ma Aeint telah ditangkap dan ditahan militer di salah satu tempat interogasi mereka," kata Su Wai, saudara perempuan Ma Aeint yang tinggal di AS seperti dilansir Variety.
"Mereka (perwakilan otoritas) tidak mengungkapkan siapa yang memberikan informasi tersebut. Mereka hanya mengatakan militer dan salah satu tempat interogasi, dan bukan polisi yang membawa Ma Aeint," sambungnya.
Salah satu rekan Ma Aeint, sutradara sekaligus produser Maung Sun, turut buka suara terkait hal itu. "Kami tidak tahu lokasi interogasi yang dimaksud. Ada lima tempat di sekitar Yangon yang dikenal sebagaii lokasi untuk menyiksa orang-orang. Banyak orang yang menghilang ketika diinterogasi hanya dalam beberapa hari," kata Maung Sun.
Institusi Film Protes Militer Myanmar
Menghilangnya Ma Aeint memicu pergerakan banyak institusi film di Asia. Salah satunya adalah Busan International Film Festival (BIFF). Ma Aeint merupakan produser sekaligus penulis film Money Has Four Legs yang tayang di kompetisi New Currents BIFF2020
Ma Aeint juga salah satu peserta tetap dalam proyek-proyek yang memperomosikan fim independen di Asia, seperti SEAFIC Open Fair, Ties That Bind, FAMU Summer Filmmaking Initiation Campus, hingga Locarno Festival's Open Doors.
Sementara itu, 11 festival film internasional Korea Selatan sepakat menyerukan pembebasan Ma Aeint. Mereka juga menyatakan solidaritas pada rakyat Myanmar beserta para pembuat film yang berjuang untuk demokrasi melawan rezim militer.
"Festival film internasional Korea Selatan mengutuk keras kekerasan yang berlangsung di Myanmar dan mendesak pembebasan Produser Ma Aeint," kata 11 organisasi yang dipimpin BIFF.
"Selanjutnya, kami meminta semua otoritas terkait untuk melindungi keselamatan dan hak-hak sipilnya secara adil," ucap mereka seperti dilansir Korea Herald.
Pernyataan serupa disampaikan SEAFIC. Mereka mendesak pembebasan Ma Aeint beserta seluruh pekerja industri perfilman yang ditangkap belakangan ini.
"Kami di SEAFIC sangat khawatir dengan kondisi Ma Aeint dan ingin dia segera dibebaskan. Keselamatan dan keamanan Ma Aeint jadi yang terpenting. Terlebih lagi, kami mendesak militer Myanmar untuk membebaskan para pelaku industri film dan semua yang ditahan secepatnya," kata SEAFIC.
Kudeta militer Myanmar terjadi beberapa tahun setelah pembagian kekuasaan antara militer dan pemerintah sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Partai-partai yang didukung militer dikalahkan dalam pemilihan umum pada November 2020, tetapi militer mengklaim bahwa pemilihan itu dicurangi.
Sejak mengambil kembali kendali penuh atas institusi nasional, pasukan militer telah menembak dan membunuh beberapa ratus pengunjuk rasa anti-kudeta, menguasai media, menutup sebagian besar internet dan menangkap wartawan. Hal ini membuat sulit untuk mempelajari informasi dengan cepat dan untuk memverifikasinya.