Produser Jawab Isu Settingan di Balik Layar Karma
Sudah sekitar lima bulan terakhir ini, Karma menjadi salah satu acara televisi dengan rating tinggi. Namun, Kepopuleran Karma ternyata memantik kesangsian sejumlah pihak.
Tak sedikit yang menilai bahwa acara tersebut hanya menyuguhkan sensasi berbau mistis dan takhayul, serta menjual masalah pribadi orang lain.
Cerita para peserta yang ditampilkan pun dianggap dilebih-lebihkan atau bahkan tak benar-benar terjadi.
Karma disebut-sebut rekayasa karena naskah atau skenario yang diduga tentang acaranya beredar luas di media sosial. Asalnya dari sumber akun @zbioio. Dengan judul ‘Skenario Karma Malam, Jebakan Nyi Kresek’. Di naskah itu juga tertulis, acara tayang pada 6 Mei 2018 mendatang.
Hal itu langsung ditampik Produser Eksekutif Karma, Gunarso. Menurutnya, dia bersama tim tidak pernah mengarahkan peserta.
“Dia sendiri yang datang, dia sendiri yang sukarela dan ikhlas bercerita, kami memberi solusi yang menurut kami (benar),” ujarnya di Studio 2 ANTV di Institut Bisnis Nusantara, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
“Tidak mungkin kami rekayasa, mereka (peserta) harus bercerita panjang lebar itu setiap hari, berat banget. Apalagi dengan nangis dan sebagainya. Sebenarnya orang bisa merasakan. Intinya, kami menyajikan apa adanya, ceritanya yang sangat menarik untuk dilihat dan kami coba beri solusi yang kira-kira menurut kami baik,” sambungnya.
Namun, di sisi lain, Gunarso tak memungkiri bahwa elemen-elemen menegangkan punya andil besar untuk membuat tayangan yang digarapnya menjadi lebih dramatis. “Efek suara bisa dibilang 30 persen punya andil,” katanya.
Dipandu oleh Robby Purba bersama seorang yang diklaim punya kemampuan supernatural (indigo) Roy Kiyoshi, tayangan Karma merupakan acara realita dengan 31 orang partisipan. Roy nantinya akan memilih tiga peserta yang telah duduk berdasarkan tanggal lahir.
Jika tanggal lahirnya disebut oleh Roy, maka peserta itu akan maju ke depan dan menuturkan cerita atau permasalahan hidup. Masalah itu di antaranya seperti perselingkuhan, dendam, pengkhianatan, dan lainnya. Masalah-masalah ini kemudian dikaitkan dengan hal berbau supernatural.
Selama bercerita, partisipan akan mendapat pandangan serta masukan dari Roy yang memiliki kemampuan supernatural itu.
Para peserta yang terlibat, menurut penuturan Gunarso, melalui proses pendaftaran dan, jika terpilih di seleksi awal, akan lebih dulu diwawancara oleh tim. Bagi yang lolos ke tahap selanjutnya, maka akan diseleksi kembali untuk penyesuaian cerita dan tanggal lahir.
“Sebenarnya semua cerita bisa masuk, cuma kami harus pilah-pilih dan sesuaikan supaya tidak semuanya (soal) KDRT atau kena santet, kan bosan ya. Ini lebih ke kreatif saja, dipencar, dipisah,” paparnya lebih lanjut.
Gunarso menekankan bahwa para peserta yang ikut harus telah memiliki KTP. Syarat lainnya termasuk kuat berdiri lama dan sanggup datang ke studio.
“Kalau ibu hamil, LGBT dan pendukungnya, homo dan lesbian, tidak kami undang. Kemudian kami lihat juga yang ceritanya tidak menjelekkan orang lain secara berlebihan,” katanya.
Di lokasi syuting Karma, beberapa saat sebelum proses syuting dimulai, para partisipan dipersilakan masuk dari belakang panggung.
Mereka akan diminta menempati kursi dengan nomor yang sesuai dengan tanggal lahir mereka masing-masing. Floor Director (FD) hanya meminta mereka untuk tetap duduk tegak selama syuting dan tidak sibuk melakukan kegiatan sendiri.
Salah satu partisipan yang dipilih Roy akan maju ke tengah panggung dan akan bercerita soal permasalahannya tanpa ada batas durasi. Tim produksi memberi kebebasan partisipan untuk curhat dan mendapat masukan dari Roy dan Robby. Mereka pun diperbolehkan menggunakan masker penutup wajah jika tak ingin identitasnya terumbar.
Karma diadaptasi oleh ANTV dari program televisi serupa di Thailand, Secret Number. Pihak ANTV memutuskan untuk membeli hak ciptanya setelah melihat dan menilai bahwa acara ini menarik untuk tayang di Indonesia.
Gunarso mengungkapkan bahwa pihak Secret Number meminta agar program tersebut dipandu oleh seorang dengan kemampuan supernatural yang dapat memberikan pandangan, masukan dan lainnya. Itu yang kemudian membuat Roy Kiyoshi lantas didapuk sebagai pemandu acara, didampingi Robby Purba.
“Saat itu semuanya belum apa-apa. Orang tidak kenal Roy Kiyoshi, saya juga tidak kenal. Ya sudah kami coba jalan saja, dan Roy saat itu mau pembawa acaranya Robby. Di Thailand juga begitu, pembawa acara menimpali, pandangan dia juga bisa dikemukakan, lebih bawel pemandu acaranya daripada si Indigo,” tuturnya.
Proses tersebut, papar Gunarso, berjalan selama tiga bulan sebelum akhirnya tayang perdana pada akhir Desember 2017. Baginya dan tim, proses pengadaptasian acara bukan menjadi hal yang sulit. Terlebih, masalah-masalah yang diungkap dalam acara Thailand menurutnya tak jauh berbeda dengan di sini.
Advertisement