Ini Syarat Jika UKM Dilibatkan Produksi Baju Hazmat
Semenjak virus corona terdeteksi masuk Indonesia, hazardous materials atau sering disingkat hazmat menjadi salah satu barang yang paling dicari oleh rumah-rumah sakit di Indonesia. Beberapa rumah sakit pun sempat mengeluhkan kekurangan hazmat.
Mengatasi kekurangan hazmat tersebut pemerintah pusat sudah mengimpor langsung hazmat dari China. Ada juga yang punya ide memproduksi sendiri hazmat dengan melibatkan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di sekitar.
Menjadi pertanyaan, apakah memungkinkan UKM bisa membuat hazmat?
Menurut Dr. Prihartini Widiyanti, dosen senior Biomedical Engineering Program Studi S1 dan S2 Teknik Biomedis Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, berpendapat, dalam pembuatan hazmat harus memperhatikan quality assurance hazmat. Kata dia, salah satu kriteria quality assurance hazmat adalah baju ini harus kedap air.
"Hal tersebut dikarenakan untuk memastikan bahwa zat atau pun agen tidak menyentuh pemakainya," kata perempuan yang juga peneliti senior di Institute of Tropical Disease atau Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga Surabaya ini.
Lebih lanjut, ujar Yanti biasa ia disapa, pembuatan hazmat juga harus memperhatikan bahan kedap gas atau uap, menyediakan enkapsulasi total dan tingkat perlindungan tertinggi terhadap kontak kimia langsung dan udara. Serta Tidak boleh mudah sobek dan tahan terhadap tekanan.
Yanti juga menerangkan baju hazmat memiliki beberapa level proteksi. Makanya, bahan untuk membuat baju hazmat dibuat berbeda-beda menurut level proteksinya. Bahannya bisa berasal dari plastik, kain dan karet. Tergantung level proteksinya.
"Kalau untuk virus, menurut The US Center for Disease Control, mengharuskan orang yang bekerja dengan virus memakai coat, masker atau respirator, goggle atau face shield dan gloves," terang Yanti.
Sedangkan untuk kondisi seperti saat ini yang kekurangan hazmat, menurut Yanti, bisa saja hazmat bisa diproduksi secara massal. Tapi ada syaratnya, yaitu memperhatikan quality assurance hazmat, tidak boleh ada kebocoran karena akan sangat bahaya bagi pemakainya.
Selain itu bila ingin diproduksi secara massal oleh industri skala rumahan, kata Yanti harus ada seseorang yang mengawasi dan mengerti tentang quality assurance hazmat.
"Tetap harus ada yang mengontrol, kalau tidak ada yang mengontrol ya percuma, ini masalah nyawa," tandasnya.
Namun kata dia, jika masih memungkinkan, sebaiknya diproduksi saja oleh pabrik yang sudah memenuhi good manufacturing practice dalam pembuatan hazmat.
Standar menurut United States Department of Homeland Security, hazmat melindungi diri dari :
1. Agen kimia, melalui penggunaan bahan penghalang yang tepat seperti teflon, PVC atau karet berat
2. Agen nuklir mungkin melalui pelindung radiasi di lapisan, tetapi yang lebih penting dengan mencegah kontak langsung dengan atau menghirup partikel radioaktif atau gas
3. Agen biologis, melalui sistem tertutup sepenuhnya atau seringkali pada tekanan berlebih untuk mencegah kontaminasi bahkan jika setelan rusak atau menggunakan respirator pemurni udara bertenaga dengan tudung penuh dan pakaian pelindung untuk mencegah paparan (level perlindungan level C)
4. Kebakaran/suhu tinggi biasanya dengan kombinasi bahan isolasi dan reflektif yang mengurangi efek panas.