Produksi Garam di Probolinggo Jeblok, 3.244 Ton/Tahun
Produksi garam rakyat sepanjang 2022 di Kabupaten Probolinggo benar-benar jeblok, dari target 12.000 ton hanya terealisasi 3.244 ton. Rendahnya produksi garam dipicu musim hujan yang lebih panjang dibandingkan biasanya.
“Target kami meleset jauh, ditargetkan 12.000 ton, hanya terealisasi 3.244 ton. Untuk target pada tahun 2023, kami masih menunggu informasi dari Dinas Perikanan Provinsi Jatim,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiyono, Minggu, 8 Januari 2023.
Disinggung melesetnya target produksi garam, Hari menyebut, bencana hidrometeorologi di Kabupaten Probolinggo. Yakni, hujan dengan intensitas tinggi serta hujan yang terjadi terus-menerus mengakibatkan produk garam anjlok.
Sehingga kawasan sentra penghasil garam di Kabupaten Probolinggo seperti, Kecamatan Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, dan Kecamatan Paiton sepanjang 2022 tidak lagi menghasilkan garam dengan maksimal.
“Bahkan meskipun kemarau tetapi masih diselingi hujan sehingga proses kristalisasi garam terganggu. Musim produksi garam juga mundur karena petani menunggu benar-benar tidak ada hujan,” katanya.
Sebenarnya pada 2022 lalu, para petani garam sepanjang pesisir utara Kabupaten Probolinggo sudah menyiapkan petak-petak tambak untuk memproduksi garam. Tetapi karena hujan masih berkali-kali terjadi, sebagian besar petani garam beralih membudidayakan ikan dan udang.
Sebagian kecil petani garam sempat mundur saat mengawali produksi garamnta. “Puncak produksi garam baru terjadi Agustus hingga September 2022,” kata Hari.
Sementara pada Oktober 2022, produksi sudah para petani mulai merosot. Akibatnya, produksi garam turun hingga tinggal separonya karena hujan mulai turun.
Salah satu petani garam di Kecamatan Paiton, Andi S. mengaku, sudah lama tidak memproduksi garam. “Karena hujan masih terus-menerus turun, saya memutuskan tidak memproduksi garam. Petak-petak tambak saya gunakan untuk budi daya ikan,” ujarnya.
Andi juga mengaku, budi daya ikan lebih menguntungkan dibandingkan garam. “Kalau pun produksi garam banyak tetapi harga garam di tingkat pedagang sering jeblok. Ya lebih baik budi daya ikan,” kata warga Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton itu.