Produk Ikan Kaleng Banyuwangi Tembus Pasar Jerman Hingga Afrika
Produk ikan kaleng Banyuwangi berhasil menembus pasar Jerman. Pengiriman produk makanan ke Jerman merupakan sebuah prestasi. Sebab, negara tersebut sangat ketat untuk urusan makanan. Artinya, produk ikan kaleng Banyuwangi sudah memenuhi kualitas sesuai standar Eropa.
Ekspor perdana ikan kaleng ke Jerman ini dilepas Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis, 19 Oktober 2023. Ada dua jenis ikan kaleng yang ekspor, yakni sarden dan tuna.
Ikan kaleng ini merupakan produksi Pasific Harvest Group. Ekspor ini tidak hanya ke Jerman, namun juga ke Libya dan negara-negara Afrika.
“Jadi ini berkaitan dengan produk makanan yang masuk ke badan manusia. Eropa, khususnya, Jerman mempunyai standar yang sangat tinggi untuk itu,” jelas Agus Gumiwang Kartasasmita usai memberangkatkan ekspor.
Dia menambahkan, jika perusahaan produk makanan Indonesia seperti Pasific Harvest Group ini bisa mengirim produk makanan dalam kaleng, dalam hal ini sarden dan tuna, ke Jerman, berarti memang produk-produknya mempunyai kualitas yang tinggi sesuai standar Eropa.
“Mulai pengerjaannya, pengalengannya, prosesnya dan lain sebagainya. Jadi merupakan sebuah kebanggaan bagi kita,” tegasnya.
Dalam kunjungan ini, Menteri Perindustrian mendapatkan temuan yang harus menjadi perhatian pemerintah. Yakni berkaitan dengan bahan baku kaleng dan ikan sarden. Dia menyebut, banyak perusahaan seperti Pasific Harvest ini sebenarnya bisa meningkatkan volume produksinya. Hanya saja membutuhkan dukungan bahan baku. Dalam hal ini ikan dan juga kaleng untuk kemasan.
Dia menegaskan, kaleng untuk kemasan ikan ini tidak bisa sembarangan. Karena jenis kaleng itu sangat memengaruhi kualitas produk itu sendiri. Kementerian Perindustrian pun menurutnya mendorong industri kaleng nasional agar memenuhi standar kualitas yang memang dibutuhkan end user-nya.
“Oleh pabrik dan industri pengalengan ikan,” katanya.
Untuk bahan baku ikan tuna, menurutnya sudah 100 persen dari Indonesia. Namun untuk ikan sarden baru di angka 70 persen yang didapatkan dari dalam negeri. Sementara 30 persennya masih impor dari negara lain. Seperti dari Pakistan dan Jepang.
Dia menegaskan, pemerintah punya kepentingan untuk meningkatkan volume dalam rangka meningkatkan angka ekspor ikan kaleng. Dengan catatan ketersediaan bahan baku.
“Jadi sama-sama memberikan challenge, pemerintah memberikan challenge ekspornya bisa dua kali lipat dengan catatan bahan baku sardennya bisa disiapkan,” ungkap Agus Gumiwang.
Peningkatan volume ekspor ini, menurutnya salah satu tujuannya untuk meningkatkan peringkat Indonesia di kalangan negara pengekspor ikan dalam kemasan kaleng. Dari data yang diterimanya, Indonesia merupakan peringkat 10 negara eksportir produk perikanan kaleng.
Peringkat 10 besar itu, kata dia, masih kurang dan belum bisa membuat bangga. Karena Indonesia merupakan negara kelautan. Indonesia mempunyai banyak sumber daya ikan.
“Makanya kita targetkan, kita bikin peta jalannya supaya dalam waktu 5 tahun kita masuk lima besar eksportir produk-produk berbasis perikanan kaleng,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, owner Pasific Harvest Group menyatakan, nilai ekspor kali ini mencapai sekitar Rp20 miliar. Saat ini, perusahaannya telah mengekspor ikan dalam kemasan kaleng ke sekitar 80 negara. Per bulan nilainya mencapai antara Rp40–Rp60 miliar.
Menanggapi challenge dari Kementerian Perindustrian untuk meningkatkan volume produksi, dirinya berencana membangun pabrik kaleng ikan sendiri. Pembangunan pabrik kaleng ini untuk mengurangi ketergantungan impor kaleng. Namun produksi kaleng dari pabrik yang akan dibangun tersebut itu hanya bisa memenuhi 30 persen kebutuhan ekspor.
“Kalau kaleng sudah bisa diproduksi sendiri, bisa mengurangi biaya produksi (ikan kaleng) hingga 5 persen,” pungkasnya.