Problematika dalam Keluarga, Bentuk Kasih Sayang Allah Ta'ala
Setiap insan yang telah menikah mendambakan sebuah keluarga yang tenang, bahagia, harmonis, penuh cinta dan kasih sayang dalam ridha Allah. Meski tak dapat dipungkiri bahwa permasalahan selalu ada dalam mahligai rumah tangga.
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghofar Ismail hal itu berdasarkan QS. Al-Mulk ayat 2, Al-Baqarah ayat 115, dan Al-‘Ankabut ayat 2-3.
“Problematika keluarga itu pasti ada. Mengapa demikian? Karena memang Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini dibuat dengan ujian. Pasti ada problem dan problema dalam keluarga itu cara Allah agar kita meraih pahala,” ungkap Ghoffar dalam Pengajian Tarjih edisi ke-137.
Kekuatan Doa untuk Keluarga Bahagia
Ghofar Ismail menuturkan, harapan harus terus dipanjatkan bahwa keluarga akan tetap mampu bertahan meskipun gelombang besar datang menghadang. Sebab pada hakikatnya ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah Swt pada hamba-hamba-Nya yang beriman. Dalam perspektif seperti ini, ujian dalam keluarga berfungsi sebagai penggugur dosa-dosa.
“Sebaik apapun kita, Allah akan menguji kita. Itu kalau kita baik. Rasulullah adalah manusia paling sempurna. Kalau Allah mau, tidak perlu Rasul 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah karena mudah bagi Allah mengislamkan seluruh jazirah Arab. Tapi tidak, sangat dramatis, seorang Nabi Saw yang mulia saja mendapat ujian yang berat dari Allah,” kata Ghoffar.
Sumber Problematika Keluarga
Menurut Ghoffar, berdasarkan QS. Ali Imran ayat 14, hal-hal yang menjadi sumber problematika dalam keluarga, yaitu: kecintaan pada kesenangan-kesenangan duniawi seperti pada pasangan laki-laki dan perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kemewahan transportasi, harta yang berkembang (peternakan dan perkebunan), dan properti.
“Jadi, kenikmatan hidup di dunia ketika seseorang itu hubbu al-syahawat maka itu menjadi ujian yang sangat berat. Maka, pasangan, anak, dan harta itu mata’u al-hayat al-dunya. Boleh tidak mencintai mereka?
"Boleh, asalkan dilandasi dengan kecintaan kita kepada Allah,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Advertisement