Problem Perundungan di Sekolah, Para Guru Berkisah Jadi Buku
Para guru dari enam provinsi menerbitkan buku berjudul "Antologi Kisah Perundungan". Buku bunga rampai tersebut ditulis oleh guru dan fasilitas Program Roots Indonesia 2021 Wilayah Jawa. Berisi tentang pengalaman mereka terkait dengan perundungan atau bullying di sekolah.
Dari 48 naskah, penyelenggara program memilih 39 naskah yang paling layak untuk diterbitkan dalam buku antologi sehingga diharapkan bisa membuka cakrawala pengetahuan dan mengedukasi masyarakat tentang perundungan, khususnya kepada anak-anak.
"Antologi Kisah Perundungan", diluncurkan bersamaan dengan penutupan Program Roots Indonesia 2021 Wilayah Jawa yang digelar di secara daring dan luring dari Yello Hotel, Surabaya, pada Jumat 10 Desember 2021, dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan tepat.
Guru dan Agen Perubahan
"Selain antologi, ada pula buku tentang kreasi agen perubahan dan kisah-kisah sejati tentang agen-agen perubahan yang menjalani Program Roots tersebut," tutur Afif Hida, Koordinator Kegiatan, dalam keterangan Minggu 12 Desember 2021.
Roots merupakan program pencegahan perundungan/bullying berbasis sekolah yang dikembangkan oleh Badan PBB yang mengurusi anak-anak (UNICEF) bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, praktisi pendidikan dan perlindungan anak.
Program ini telah berhasil menurunkan hingga 29,6 persen angka perundungan di sekolah tingkat SMP yang dijalankan di Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan pada tahun 2017.
Roots difokuskan untuk menciptakan iklim positif di sekolah melalui kegiatan yang dipimpin oleh siswa sebagai agen perubahan untuk menyebarkan pesan dan perilaku positif di lingkungan sekolah.
Pada tahun 2021, Yayasan PLATO dengan dukungan UNICEF mendukung program Kemendikbudristek dalam pelaksanaan Program Roots Indonesia di Jawa dengan jangkauan wilayah meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
Pelaksanaan program di enam provinsi di Jawa tersebut tidaklah mudah karena terkait berbagai kebijakan anti-pandemi COVID-19.
Meskipun demikian, Roots sebagai bagian dari upaya perlindungan anak, sebagaimana tercantum pada RPJMN 2020-2024 serta Permendikbud 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan, tetap harus dijalankan dalam situasi apa pun dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan anti-COVID-19.
Pencegahan kekerasan juga menjadi salah satu upaya penguatan karakter siswa didik melalui promosi profil Pelajar Pancasila. Serangkaian kegiatan dari Roots Indonesia telah terlaksana di tingkat sekolah SMP/SMA/SMK Penggerak.
Fasilitator Nasional telah melaksanakan tugasnya dalam kegiatan bimbingan teknis roots kepada fasilitator guru. Begitu pula fasilitator guru telah melakukan pendampingan Roots kepada agen perubahan di sekolah. Agen perubahan inilah yang menjadi ujung tombak pencegahan perundungan dengan pendekatan sebaya, dari siswa oleh siswa dan untuk siswa.
Program Roots telah menuai berbagai pembelajaran dan praktik baik dari fasilitator nasional, fasilitator guru dan agen perubahan di sekolah. Selaras dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan, berbagai karya juga telah tercipta untuk menggaungkan penghentian perundungan.
Hasil program Roots 2021 Wilayah Jawa yang berjalan hampir satu semester ini telah didiseminasikan dan disinergikan denganseluruh pihak dari unsur Pentahelix untuk penguatan dan keberlanjutannya.
Yayasan PLATO dengan dukungan UNICEF menutup rangkaian program Roots di wilayah Jawa dengan menyerahkan buku bunga rampai kepada pihak Kemendikbudristek.