‘Princess Pantura’, Kisah Biduan Dangdut Mengejar Popularitas
Musik dangdut saat ini berkembang menjadi musik koplo di daerah pesisir Pantai Utara (Pantura), Jawa Timur.
Berangkat dari popularitas dangdut koplo di kawasan Pantura, sastrawan Tanah Air, Agus Noor ingin mengangkat pentas musik dangdut ke dalam aksi panggung sebagai sebuah cerita di Program Indonesia Kita 2018.
Mengambil sudut pandang musik dangdut Pantura merupakan cermin budaya dan gambaran sosial masyarakat pesisir sebagai dasar cerita. Agus menuangkan ide kreatifnya bersama Butet Karyaredjasa dan Djaduk Ferianto dengan mengemas kisah berjudul ‘Princess Pantura’ di pentas ke-28 Indonesia Kita, bertema Budaya Pop: Dari Masa Lampau ke Zaman Now.
‘Princess Pantura’ mengisahkan persaingan Sruti dan Silir, dua biduan kampung yang bermimpi ingin terkenal sebagai penyanyi dangdut.
Keduanya terpesona dengan kesuksesan sebagai biduan ternama, sehingga mereka terobsesi menjadi artis yang terlihat gemerlap di bawah sorot lampu panggung dan kamera televisi.
Dengan kemampuan yang dimiliki, Sruti dan Silir melakukan berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya.
Mereka kerap bersaing mengikuti lomba menyanyi dan bersaing dengan para kontestan lain demi memperebutkan kesempatan untuk menjadi terkenal.
Pada satu titik, Sruti dan Silir mendapat tawaran menjadi artis terkenal. Mereka pun terbuai dengan bujuk rayu yang menggoda saat ditawari menjadi artis dalam kampanye Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di Pantura.
Penyanyi dangdut Pantura di panggung politik adalah daya pikat untuk mendatangkan massa. Tentu saja, massa yang berkumpul lebih menyukai hiburan para penyanyi dangdut disbanding dengan isi pidato juru kampanye atau para politisi yang membosankan.
“Sebagaimana tercermin dalam banyak lagu dangdut Pantura, penderitaan dan kesedihan disampaikan dengan keriangan dan goyangan. Politik boleh semakin menjengkelkan, hidup boleh semakin sulit, tapi kita mesti tetap bergoyang,” ujar Agus.
Hidup barangkali memang menjadi semakin asyik, lanjut Agus, jika dirayakan dengan cara asyik seperti bergoyang.
Dalam lakon ‘Princess Pantura’, Inayah Wahid berperan sebagai tokoh yang ingin menjadi penyanyi dangdut. Kemudian kelompok Trio GAM (Wisben, Joned dan Dibyo Primus) menyamar menjadi biduan agar bisa ikut dalam rombongan orkes dangdut.
Selain itu, ada pula pemusik dangdut lain seperti Mucle dan Arie Kriting, yang ingin menjadi bintang dangdut bergaya Raja Dangdut seperti Rhoma Irama.
Lakon ‘Princess Pantura’ juga akan diisi oleh JKT48, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Tarzan, Silir Pujiwati, Sruti Respati, Daniel Christanto dan Orkes Melayu Banter Banget.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan ‘Princess Pantura’ dapat mengunjungi Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya 73, Jakarta.
Jadwal pentas sebanyak tiga kali, Jumat 20 April 2018 pukul 20.00 WIB, atau Sabtu 21 April 2018 pukul 14.00 WIB dan 20.00 WIB.
Tiket dapat dipesan di www.kayan.co.id atau www.blibli.com, yang tersedia dalam empat kategori yakni Platinum Rp 750 ribu, VVIP Rp 500 ribu, VIP Rp 300 ribu dan Balkon Rp 150 ribu.
Untuk informasi selanjutnya Anda bisa menghubungi Kayan Production & Communications di nomor 085693427788, 0895372014902 atau 081311630001. (*)
Advertisement