Prihatin Lemahnya SDM Santri, Ini Usulan Alwi Shihab pada PBNU
Alwi Shihab, mantan Menteri Luar Negeri, memberi perhatian khusus terhadap NU. Yakni, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungan ormas Islam terbesar di Indonesia.
Adik kandung Prof M Quraish Shihab ini mengusulkan kepada PBNU agar menyiapkan generasi muda yang bisa berbahasa Inggris agar dapat belajar ke luar negeri. Sehingga nantinya nahdliyin dapat bersaing baik di kancah nasional maupun internasional.
“Ini tidak sulit bagi PBNU menyiapkan akademi Bahasa Inggris. Tidak mahal itu. Jadi mahasiswa kita kalau sudah dapatkan Toefl 550 gampang untuk belajar ke luar negeri,” ucap Alwi Shihab.
Alwi Shihab bersama sejumlah tokoh dan menteri kabinet kerja Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla hadir saat halal bi halal diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin 24 Juni 2019 malam.
Di samping itu, Alwi Shihab mengaku prihatin terhadap sebagian nahdliyin yang tidak memahami sejarah lahirnya NU. Menurutnya, organisasi sosial keagamaan yang lahir pada 31 Januari 1926 ini sejak masa-masa pendirian telah memerangi kelompok takfiri (suka mengkafirkan sesama umat Islam) dan jihadis (melakukan kekerasan seperti melakukan bom).
Ia menyampaikan demikian untuk mengingatkan generasi muda.
“Nahdlatul ulama dari pertama berusaha untuk memerangi ideologi kekerasan. Dari pertama Nahdlatul Ulama berorientasi kepada tasawufnya Al-Ghazali, akidahnya Asy’ariyah (Imam Abu Hasan Al-Asy’ari), dan fiqihnya Imam Syafii, dan semuanya itu mengajarkan kepada wasathiyah, yang berada di tengah,” kata Alwi Shihab.
Ia berharap kepada pengurus NU, khususnya kiai-kiai di pesantren agar menyakinkan kepada nahdliyin bahwa NU lahir untuk memerangi dan membendung ideologi radikal yang kini marak di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pundak Indonesia ada di NU.
“Indonesia ini, kalau NU-nya bener, baik, Indonesia baik,” ucapnya.
Sementara Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia juga terjadi di negara-negara lain. Tantangan itu seperti ketimpangan, pengangguran, dan kemiskinan.
Menurutnya, Indonesia tidak sulit untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Caranya, mengurusi nahdliyin. Sebab, persoalan itu mayoritas dihadapi Nahdliyin.
“Kalau persoalan hidup warga NU selesai, Insyaallah Indonesia makmur,” ucapnya.
Di hadapan Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj itu, ia meminta agar gerakan PBNU lebih massif dalam melawan radikalisme. “Fokus gerakan dakwah di NU menjadi penting. Kita perkuat gerakan dakwahnya,” ucapnya. (adi)
Di samping itu, Alwi Shihab mengaku prihatin terhadap sebagian nahdliyin yang tidak memahami sejarah lahirnya NU. Menurutnya, organisasi sosial keagamaan yang lahir pada 31 Januari 1926 ini sejak masa-masa pendirian telah memerangi kelompok takfiri (suka mengkafirkan sesama umat Islam) dan jihadis (melakukan kekerasan seperti melakukan bom).