Pribadi Agung, Keteladanan Paripurna Nabi Muhammad SAW
Tak ada manusia yang lebih hebat dari Nabi Muhammad ﷺ. Dipuji oleh Allah Ta'ala karena keagungan akhlaknya,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (QS. Al-Qalam, 68: 4)
Dan kita sebagai umatnya wajib meneladani beliau,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab, 33: 21)
Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya tentang akhlak Rasulullah ﷺ, dijawab:
كَانَ خُلُقُهُ القُرآنُ
"Akhlaknya adalah Al-Qur'an."
Hebat pribadinya dan hebat pengaruhnya.
Mari kita lihat di lingkarannya. Semua jadi orang hebat. Keluarganya, menantunya, mertuanya dan sahabat sahabatnya,
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath, 48: 29).
Dari 100 Tokoh Paling Berpengaruh
Bahkan pengakuan orang kafir dalam bukunya The Hundred, 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, oleh Michael H. Hart, disebutkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ nomer wahid. Banyak dari kita sebagai umatnya mengklaim diri mengikuti Sunnahnya, meskipun masih jauh dalam realitasnya. Dalam sabdanya ﷺ;
«كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى! قَالُوا : وَمَنْ يَأْبَى ياَ رَسُولَ اللهِ ؟! قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى»
Semua ummatku bakal masuk surga, kecuali yang enggan. Para sahabat bertanya; Siapa yang enggan itu wahai Rasulallah? Beliau menjawab: Barang siapa mentaatiku maka dia yang akan masuk surga. Tetapi siapa yang melanggarku, dialah orang yang enggan itu." (HR. Al-Bukhari)
Menarik kejadian yang dialami oleh sahabat Tsauban radhiyallahu 'anhu, orang yang dibebaskan oleh Rasulullah ﷺ dari perbudakan. Suatu malam dia menangis terus sampai mukanya sembab. Menjelang adzan Subuh, bergabung shalat berjamaah persis di belakang Rasulullah ﷺ.
Setelah shalat Subuh nabi ﷺ menghadap kepada jamaah, beliau melihat wajah Tsauban sembab bekas banyak menangis. Beliau mendekat dan bertanya. Ada apa dengan engkau wahai Tsauban? Dia menjawab, semalam suntuk aku menangis wahai Rasulullah memikirkan nasibku di akhirat kelak apakah aku bisa bertemu denganmu wahai Rasulullah seperti kita ketemu di dunia ini. Engkau akan di surga yang tertinggi sementara aku belum tau di mana aku akan berada? Kalaupun aku masuk surga mungkin berada paling bawah. Aku takut tidak bertemu denganmu wahai Rasulullah sambil dia terus menangis.
Maka Nabi ﷺ menyatakan satu syarat untuk dijamin surga. Apa itu? Beliau menjawab: "Jangan pernah minta sesuatu dari manusia."
Makanya, bila Tsauban berada di atas kendaraannya dan pecutnya jatuh, dia akan turun mengambilnya sendiri tanpa minta bantuan orang lain.
Dalam riwayat Al-Bazzar dan Al-Baihaqi, Nabi ﷺ menasihati ummatnya agar selamat dan terhindar dari kehancuran."
«ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ وَثَلاثٌ مُنْجِيَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ ، وَثَلاثٌ مُنْجِيَاتٌ : خَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ ، وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى ، وَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا».
Tiga hal yang menghancurkan dan tiga hal yang menyelamatkan. Tiga hal yang menghancurkan adalah; (1) Sikap pelit yang diikuti, (2) mengikuti hawa nafsu, (3) bangga diri.
Adapun yang menyelamatkan adalah; (1) Takut kepada Allah dalam kesendirian dan di khalayak ramai, (2) bersikap ekonomis dalam keadaan faqir dan kaya, (3) bersikap adil dalam kedaan marah dan senang.
Dalam Muktamar Internasional Sirah dan Sunnah Nabawiyah ke 3 di Doha Qatar pada tahun 1400 H/1979 M, 45 tahun yang lalu, dari Indonesia pak HAMKA hadir, menyampaikan pengalaman Jenderal A.H. Nasution. Bahwa setelah sang jenderal berhasil menumpas gerakan PKI, dalam konferensi pers ditanya oleh wartawan asing. Siapakah idola pak Jenderal? Beliau menjawab; Nabi Muhammad ﷺ.
Bagaimana bapak sebagai jenderal mengidolakan nabi? Beliau jawab, banyak jenderal yang hebat ketika perang tapi tidak hebat ketika damai. Tapi nabiku Muhammad ﷺ hebat ketika perang dan damai.
Kita perlu sekali terus menggali nilai nilai kemuliaan dari kehidupan Rasulullah ﷺ, pribadi agung. Dari segi kronologis kehidupannya. Dari aspek kelebihannya. Dari aspek akhlaknya. Perjuangannya dan aspek-aspek lain sehingga berhasil merubah peta dunia dengan peradaban Islam yang universal.
Lihatlah tulisan T.W. Arnold "The Preaching of Islam". Sangat menakjubkan. Kita diperintahkan Allah agar mengikuti jejaknya bila ingin dicintai Allah,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali 'Imran, 3: 31)
Demikian penjelasan Ustadz Farid Okbah. Semoga kita dimampukan Allah untuk meneladaninya. Keteladanan paripurna Rasulullah SAW. Amin.