Olah Popok Bayi Bekas Menjadi Barang Bernilai Ekonomis
Limbah plastik menjadi momok bagi kelestarian lingkungan. Perlu ratusan tahun untuk mengurai sampah plastik. Salah satu penyumbang sampah plastik yang paling banyak adalah popok bayi. Sampah dari popok bayi mendominasi tumpukan sampah yang ada di sungai-sungai dan tempat pembuangan sampah.
Di Banyuwangi, seorang pria bernama Choirul Anwar berhasil mengolah popok bayi bekas menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Pria 40 tahun ini dibantu beberapa temannya mengolah popok bayi bekas menjadi vas bunga yang indah, hiasan dinding, pot bunga hingga paving blok dan bata ringan.
"Awalnya, saya prihatin melihat banyaknya popok bayi bekas di sungai-sungai. Kebetulan anak saya yang paling kecil juga menggunakan popok bayi. Sehingga saya berpikir bagaimana caranya mengolah popok bayi agar tidak dibuang menjadi sampah," kata Choirul Anwar, ditemui di rumahnya di Jl. Karangasem no. 06 Kelurahan Tamanbaru, Banyuwangi, Sabtu 4 Januari 2020.
Tiga bulan yang lalu, Choirul Anwar memulai eksperimen pada popok bekas bayinya sendiri. Sekitar satu minggu, ayah tiga anak ini berhasil menemukan formula untuk membuat hidrogel, atau gel penyerap cairan yang ada pada popok bayi sehingga bisa menyatu dengan bahan lain.
"Pertama kali saya membuat pot kecil. Ternyata hasilnya bagus dan ringan. Kemudian saya mulai mencoba membuat paving blok dan bata ringan," jelas suami Nungky Chuks Minangsari ini.
Proses pembuatan olahan popok bekas ini cukup mudah. Popok bayi bekas direndam semalaman. Proses ini untuk membersihkan popok dari kotoran ataupun air seni bayi.
Setelah proses perendaman, dilakukan pemisahan hidrogel dari bahan kain. Hidrogel kemudian dicampur dengan formula buatan Choirul Anwar agar bisa dibentuk menjadi vas bunga, hiasan dinding paving blok, dan bata ringan.
Untuk bagian kain dari popok bayi bekas yang sudah dipisahkan dengan hidrogel bisa langsung dibentuk menjadi berbagai bentuk pot bunga. Untuk pengerasannya bisa dilakukan dengan polesan semen di bagian luar.
"Saat ini kami masih fokus pada pembuatan vas bunga, pot bunga dan hiasan dinding. Untuk paving blok dan bata ringan masih dalam proses eksperimen untuk menguji kekuatannya," tutur Choirul Anwar.
Setelah eksperimennya berhasil, Choirul Anwar mulai melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak membuang popok bayi bekas.
Dia siap menerima popok bayi bekas dari siapapun dengan jumlah tidak terbatas. Kampanye ini dia gencarkan melalui media sosial Facebook dan Instagram miliknya. Dia juga sering datang ke rumah warga untuk melakukan kampanye tidak membuang popok bayi bekas.
"Saat ini sudah banyak yang menyumbangkan popok bekas kepada kami. Bahkan dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya juga banyak yang mengirimkan popok bekas ke tempat kami melalu jasa pengiriman," jelasnya.
Untuk warga lokal Banyuwangi, tidak perlu membersihkan popok dari kotoran ataupun air seni bayi jika ingin menyumbangkannya. Mereka hanya perlu memisahkan popok yang ada kotoran dengan popok bayi yang hanya ada air seni.
Tapi untuk warga luar Banyuwangi yang ingin menyumbangkan popok bayi bekas, diminta lebih dulu membersihkan popok bayi dari kotoran.
Hasil karya dari olahan popok bayi bekas harganya relatif sangat murah. Vas bunga, pot bunga, hiasan dinding dibandrol antara Rp 2.000 hingga Rp 15.000. Ini karena Choirul Anwar tidak semata-mata mencari keuntungan ekonomi, tetapi lebih pada kepedulian terhadap lingkungan.
"Saya tidak terlalu memikirkan keuntungan ekonomi. Yang penting apa yang saya lakukan bisa membantu mengurangi jumlah sampah plastik khususnya dari popok bayi bekas," ungkapnya.