Pria di Balik Adzan Legendaris Masjid Rahmat
Tak banyak orang yang mengenal Muhammad Mustar. Namun suara pria kelahiran Lamongan ini, sudah belasan tahun menggema di hampir seluruh masjid di kawasan Surabaya bahkan hingga Gresik, Lamongan, Sidoarjo juga Jombang.
Beberapa kawasan Tapal Kuda mulai Madura dan beberapa kawasan di Pasuruan, Probolinggo, bahkan mungkin hingga Situbondo ternyata juga mempercayakan lantunan nyaring suara adzan pada pria kelahiran Lamongan 20 Maret 1974 itu.
Hampir 20 tahun, Mustar memang dipercaya untuk mbakoni (memegang) muadzin (pelantun adzan) di Masjid Rahmat, Kembang Kuning, Surabaya. Sejak tahun 1990an, suara lantang Mustar memang selalu terdengar di masjid yang didirikan Sunan Ampel itu. Mulai Tadarus (membaca al-quran), iqomah hingga adzan adalah tugas utama Mustar.
Melalui Radio Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat), Radio AM milik Takmir Masjid Rahmat, suara Mustar sudah belasan tahun selalu terdengar dan dianut oleh umat Islam khususnya di waktu-waktu yang paling dinanti yaitu Maghrib dan Subuh.
Biasanya, ketika mendekati waktu Maghrib dan Subuh, hampir seluruh masjid yang ada di Surabaya dan sekitarnya, memutar Radio Yasmara dan me-relay-nya dengan cara menyambungkan melalui corong (pengeras suara) masjid.
Nah, adzan yang merupakan suara khas dari Mustar inilah yang kemudian dijadikan patokan bagi masjid dan mushola-mushola yang ada di Surabaya dan sekitarnya.
Bagaimana suara Mustar bisa sebegitu melegenda?, ngopibareng.id sempat menyaksikan langsung aktivitas Mustar "sang penjaga waktu sholat" ini.
Sore itu, ketika beberapa pengurus Takmir Masjid Rahmat sibuk menata tenda untuk persiapan buka puasa bersama. Mustar malah sibuk di dalam sebuah ruangan berukuran 3 meter persegi yang berada tepat di bagian Selatan masjid.
Di dalam ruangan yang dinamai ruang muadzin itu, nampak seperangkat sound system dengan tape recorder, serta microphone hitam teronggok tak terawat. Dinding ruangan, berhias papan hitam berisi jadwal waktu sholat lengkap dengan menit, hari dan tanggalnya.
Mustar lantas melakukan pengecekan satu-demi satu peralatan tersebut. Beduk berukuran sedang yang juga berada di dalam ruangan, dia lihat sejenak. Jam meja berukuran kecil namun memiliki angka yang besar, diletakkannya tepat di samping penyangga microphone. Sesuai dengan penanggalan waktu sholat, hari itu waktu, Maghrib tepat berada di pukul 17.24 WIB.
Dan ketika jam di dinding masih menunjukkan pukul 16.30 WIB, atau masih sejam lagi untuk menuju Adzan Magrib, sebuah peralatan studio Radio Yasmara yang berada di dalam ruangan itu, mulai dinyalakan.
Dan seketika, lantunan Syiir Tanpo Waton yang dikenal dinyanyikan Gus Dur mengumandang dari Radio Yasmara. Biasanya, saat yang sama hampir seluruh masjid yang ada di Surabaya juga akan memperdengarkan syiir yang sama dengan cara me-relay dari radio Yasmara ini.
"Usai Syiir Tanpo Waton masih ada waktu sekitar 5-10 menit dan akan kita ganti dengan surat-surat pendek," ujar Mustar. Khusus surat pendek ini, akan berbeda di tiap waktu sholatnya. Untuk Isya misalnya, akan diperdengarkan surat Ar-Rahman, lantas Subuh Juz-Amma, Duhur At-Tahrim dan Asyar surat Al-Anfal.
Sore itu, setelah Syiir Tanpo Waton berkumandang dan disusul lantunan ayat al-Quran, Mustar kemudian berdiri dan mengambil microphone. "Tepat pukul 17 lebih 29 menit saat dikumandangkannya adzan magrib dari Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya," kata dia dan disusul dengan menabuh kentongan dan beduk. "Allahu Akbar, Allahu Akbar," dan Mustar-pun memulai melafalkan Adzan. (*)
Advertisement