Prevalensi stunting di Kota Mojokerto Terus Menurun
Pemerintah Kota Mojokerto klaim angka stunting pada 2023 menunjukan penurunan, meski belum capai nol.
Pada 2022, Prevalensi stunting di Kota Mojokerto mencapai 3,12 persen persen. Perhitungan diakhir tahun 2023, angkanya turun menjadi 2,04 persen.
Angka tersebut berdasarkan hasil Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) prevalansi stunting di Kota Mojokerto.
Data tersebut disampaikan oleh Pj Wali Kota Mojokerto, Ali Kuncoro saat membuka kegiatan Rembuk Stunting Kota Mojokerto Tahun 2024 di Pendopo Sabha Kridatama, Rumah Rakyat, Senin 18 Maret 2024.
“Per akhir tahun 2023 angka stunting kita masih di angka 2.04 atau setara 122 balita stunting, ini dari total balita di Kota Mojokerto sebanyak 6.145 balita. Dan Alhamdulillah pada Februari tahun ini sudah terjadi penurunan yang cukup signifikan, sehingga data terakhir tekoreksi di angka 2 persen atau 117 balita,” kata Ali.
Dijelaskan Ali, hingga saat ini Pemkot Mojokerto terus berkomitmen dan bekerja keras untuk mewujudkan Kota Mojokerto Zero New Stunting di tahun 2024.
“Kita tadi sudah melakukan penandatanganan komitmen bersama dan berikrar bahwa tahun 2024 Kota Mojokerto harus menjadi kota yang Zero New Stunting. Saat ini kita terus bekerja keras bagaimana angka stunting yang masih ada ini terus kita intervensi sehingga semakin berkurang,” bebernya.
Diketahui pada tahun 2023, Kota Mojokerto mendapat predikat 'Kota Terinovatif' dimana yang menjadi indikator penilaian utama adalah inovasi terkait pencegahan stunting, yakni inovasi Canting Gula Mojo (Cegah Stunting, Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto) dan Gempa Genting (Segenggam Sampah Gawe Stunting).
Pada tahun 2024 Pemkot Mojokerto menyiapkan total anggaran sebesar Rp 98,2 milar untuk penanganan stunting.
“Saya pikir kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini, asalkan kita lakukan secara masif, spesifik, sensitif, dan koordinatif dan bersifat sapu jagat, hampir semua OPD kita libatkan,” pungkas Ali.