Presiden Trump Mulai Ditentang Para Jenderalnya
Para jenderal di militer Amerika Serikat mulai membangkang pada perintah Presuden Donald Trump. Keretakan antara presiden AS dengan para pimpinan militer, sebelumnya tak pernah terjadi.
Pembangkangan para jenderal itu berawal dari perintah Trump yang minta pasukan militer dikerahkan untuk memadamkan gelombang unjuk rasa yang makin membesar di AS, akibat tewasnya seorang kulit hitam George Floyd di Kota Minneapolis Senin 25 Mei lalu.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengumumkan secara terbuka di Pentagon dan menegaskan, pasukan militer yang bertugas aktif tidak boleh digunakan untuk memadamkan protes. Para pemimpin militer lainnya segera menyetujui pernyataan Mark Eser.
"Opsi untuk menggunakan pasukan tugas aktif dalam peran penegakan hukum seharusnya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dan hanya dalam situasi yang paling mendesak dan mengerikan," kata Esper kemarin waktu setempat, sebagaimana dikutip Aljazeera hari ini.
Jenderal Mark Milley, komandan tertinggi AS, kemudian pada hari yang sama mengeluarkan memo kepada para pemimpin militer yang mengingatkan mereka akan sumpah mereka untuk melindungi Konstitusi AS dan "hak kebebasan berbicara dan berkumpul secara damai".
Ketidak-harmonisan antara Presiden dengan pimpinan militer ini terjadi pada saat Trump menghadapi anjloknya dukungan publik akibat krisis simultan pandemi virus corona yang melahirkan pengangguran dan kekacauan di jalanan. Krisis itu diperparah dengan dampak kematian George Floyd.
Kantor berita Reuters melaporkan, Trump Kamis malam memanggil penasihat kampanye utamanya ke Gedung Putih, setelah melihat hasil jajak pendapat yang dirilis pada Rabu malam yang menyatakan peluangnya untuk dipilih kembali menjadi Presiden AS pada pilpres bulan November 2020 sudah tidak ada. Hasil jajak pendapat itu menyimpulkan rakyat AS sudah tidak mengehendakinya. (nis)