Presiden Tiba di Natuna Tidak Untuk Menantang Tiongkok Perang
Pada 13 April nanti, hubungan diplomatik China dan Indonesia akan berumur 70 tahun. Namun, China memancing emosi Indonesia dengan masuknya kapal nelayan.
Belakangan, ternyata tak hanya kapal nelayan dan kapal coast guard China yang berada di Perairan natuna, kapal peran China juga mondar-mandir di wilayah hak berdaulat Indonesia itu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai mengagendakan kunjungan kerja di Natuna, Rabu 8 Januari 2020.
Rombongan presiden tiba di Pangkalan TNI AU Raden Sadjad, Kabupaten Natuna pukul 09.10 WIB. Kedatangan mereka disambut Plt Gubernur Kepulauan Riau Isdianto, Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I TNI, Laksamana Madya TNI Yudo Margono, Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI MS Fadilah, dan Kapolda Kepulauan Riau Irjen pol Andap Budi Reviato.
Juru bicara presiden, Fajroel Rahman mengatakan, ada beberapa agenda penting yang akan dilakukan presiden selama kunjungan kerja di Kabupaten Natuna.
Di antaranya akan mengadakan pertemuan. dengan nelayan dan membagikan sertifikat tanah untuk penduduk setempat.
"Kunjungan presiden ini tidak ada hubungan dengan memanasnya di Laut Natuna, menyusul klaim Tiongkok atas wilayah Indonesia tersebut," ujarnya kepada awak media.
Presiden sudah menegaskan sudah tidak ada ruang untuk negosiasi apapun atas klaim Tiongkok. "Apa yang dinegosiasikan, karena PBB mengakui Zona Ekonomi Exclusif (ZEE) di Laut Natuna itu milik Indonesia," tegas Fajroel Rahman.
Meski demikian, kunjungan Presiden Jokowi juga bukan menantang China perang. "Kalau masih ada jalan damai melalui diplomasi mengapa harus perang kata Fajroel Rahman.
Merespons sikap Jokowi, China memberikan tanggapan lewat juru bicara Menteri Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam keterangan pers dirilis di situs Kementerian Luar Negeri China.
"Seperti yang saya bilang, soal perkembangan maritim baru-baru ini, China dan Indonesia telah menjalin komunikasi satu sama lain lewat saluran diplomatik. China dan Indonesia adalah mitra strategis yang komprehensif," kata Geng Shuang, dilansir situs Kemlu China.
Geng menyatakan persahabatan dan kerja sama adalah arus utama hubungan China-Indonesia, sedangkan perbedaan antara RRC-RI semata-mata merupakan satu cabang saja.
"Sebagai negara-negara pantai Asia Tenggara dan negara besar di kawasan, China dan Indonesia mengemban tugas penting untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional," kata Geng.