Presiden Prancis Tuduh PM Australia Berbohong
Presiden Prancis Emmanuel Macron menuduh Perdana Menteri Australia Scott Morrison berbohong kepadanya, saat merundingkan kesepakatan kapal selam dengan Washington dan London, dengan mengesampingkan Paris.
Tuduhan Macron pada hari Minggu lalu datang ketika kedua pemimpin menghadiri KTT G20 di Roma, pertemuan pertama mereka sejak Australia membatalkan kesepakatan bernilai miliaran dolar dengan Prancis untuk kapal selam konvensional pada bulan September.
Langkah Australia dilakukan setelah mengumumkan pakta keamanan trilateral baru dengan AS dan Inggris.
Di bawah ketentuan aliansi, dijuluki AUKUS, Australia malah dapat memperoleh setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris.
Tetapi pakta itu membuat Paris lengah, memicu pertengkaran diplomatik yang membuat Prancis menarik duta besarnya dari Washington dan Canberra, dengan menuduh bahwa perjanjian itu telah dikhianati.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah dia pikir PM Morrison berbohong kepadanya tentang perkembangan, Macron menjawab, "Saya tidak berpikir, saya tahu".
Dia kemudian mengatakan kepada sekelompok wartawan Australia di KTT: “Saya sangat menghormati negara Anda.
“Saya memiliki banyak rasa hormat dan banyak persahabatan untuk orang-orang Australia. Saya hanya mengatakan ketika kami memiliki rasa hormat, Anda harus jujur dan Anda harus berperilaku sejalan, dan konsisten, dengan nilai ini.”
PM Australia Morrison membantah tuduhan Macron, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menjelaskan kepada presiden Prancis itu bahwa kapal selam konvensional tidak akan lagi memenuhi kebutuhan Australia.
Morrison dan Macron berbicara pekan lalu sebelum perdana menteri Australia itu secara terbuka meminta jabat tangan pada pertemuan G20.
Pada hari Senin, Wakil Perdana Menteri Australia Barnaby Joyce mengatakan bahwa Presiden Prancis bereaksi berlebihan. “Kami tidak mencuri sebuah pulau, kami tidak merusak Menara Eiffel. Itu adalah kontrak,” kata Joyce kepada wartawan di Australia.
“Kontrak memiliki syarat dan ketentuan, dan salah satu syarat dan ketentuan dan proposisi itu adalah Anda mungkin keluar dari kontrak,” kata Barnaby Joyce, seperti dikutip Al Jazeera.
Joyce berbicara beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne bertemu dengan duta besar Prancis untuk Canberra. Marise Payne mengatakan pertemuan selama satu jam mereka berfokus pada upaya untuk memperbaiki hubungan.
Pada hari Jumat, Presiden AS Joe Biden mengatakan penanganan pakta baru itu "canggung", menambahkan bahwa dia mengira Prancis telah diberitahu tentang pembatalan kontrak sebelum perjanjian itu diumumkan. (*)