Presiden Jokowi Masuk ke Baitullah, Ada Apa di dalam Ka'bah ?
Dalam rangkaian ibadah umrah Presiden Joko Widodo berkesempatan masuk ke dalam Ka'bah. Di dalam ruangan Baitullah itu ada kesitimewaan, sebagaimana pernah dilakukan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad s.a.w.
Lalu ada apa di dalam Ka'bah?
"Di dalam Kabah, kita bisa salat ke arah semua penjuru mata angin. Kita bisa salat menghadap ke sekeliling tembok," kata KH Nasaruddin Umar. Inilah yang hendak dijelaskan Prof KH Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, dalam ulasan berikut:
Mungkin banyak yang penasaran ada apa di dalam Kabah? Bangunan suci bentuk kubus berukuran tinggi 11,03 m dengan sisi 11,03 m x 12,62 m yang terletak di tengah Masjidil Haram masih menyimpan banyak misteri. Banyak orang penasaran ingin mengetahui ada apa dan seperti apa di dalam Kabah, yang menjadi kiblat peribadatan umat Islam sedunia.
Apakah di dalamnya ada bangunan antik, benda-benda bersejarah, makam, atau benda-benda lain yang asing dari dunia manusia. Mengapa pintunya terbuat dari emas? Mengapa tidak dibuka sepanjang masa, dan hanya dibuka dalam kesempatan tertentu? Apakah ada dalil yang melarang membuka isi Kabah?
Sebenarnya bagian dalam Kabah tidak ada apa-apa. Hanya ada sebuah meja kecil, setinggi lutut tempat duduk lampu rechargeable untuk menerangi ruangan gelap. Di dalamnya tidak ada Air Conditioner (AC) atau kipas angin. Lubang udara satu-satunya ialah pintunya, kalau sedang dibuka.
"Tidak ada barang antik, tidak ada lukisan atau ukiran, tidak ada kesan mewah di dalamnya. Justru di tengah kehampaan, tidak ada apa-apa kecuali ruang kosong, membuat diri kita semakin merinding. Di dalam Kabah, kita bisa salat ke arah semua penjuru mata angin. Kita bisa salat menghadap ke sekeliling tembok."
Tidak ada barang antik, tidak ada lukisan atau ukiran, tidak ada kesan mewah di dalamnya. Justru di tengah kehampaan, tidak ada apa-apa kecuali ruang kosong, membuat diri kita semakin merinding. Di dalam Kabah, kita bisa salat ke arah semua penjuru mata angin. Kita bisa salat menghadap ke sekeliling tembok.
Di sinilah keagungan Kabah, di tengah kekosongannya kita diajak untuk mengosongkan diri seperti kosongnya bagian dalam Ka'bah. Tidak ada sedikitpun kesan mewah di dalamnya, betapa perlunya menghilangkan segenap kesan kemewahan duniawi saat kita menghadap ke haribaan Allah SWT.
Sekiranya ada benda sakral atau benda-benda lain, yang bisa mejadi perhatian menarik para pengunjung maka sudah barang tentu akan mengganggu kekhusyukan orang di dalamnya. Orang-orang akan terdekonsentrasi terhadap bangunan atau benda-benda itu.
Sebagaimana disinggung dalam artikel terdahulu, Kabah pertama kali dibangun atas permintaan Adam dan Hawa ketika keduanya diturunkan ke bumi penderitaan dari surga kenikmatan, akibat pelanggaran perintah Allah, mendekati buah terlarang.
Ka'bah dibangun sebagai miniatur Baitul Makmur, dan Baitul makmur sendiri merupakan miniatur Arasy, istana Tuhan.
Ka'bah di bangun di Mekah oleh malaikat atas perintah Tuhan untuk memenuhi permohonan Adam dan Hawa agar dibangunkan rumah pertobatan di bumi. Adam dan Hawa mengenal fungsi rumah pertobatan ketika keduanya bersama-sama para malaikat melakukan tawaf di Baitul Makmur.
Seperti kita ketahui, para malaikat pernah merasa berjarak dengan Tuhan ketika mempertanyakan kebijakan Tuhan tentang rencana penciptaan manusia dalam surat Al-Baqarah ayat 30, ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
Mereka berkata, mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan-Mu?. Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Menanggapi bahasa Tuhan seperti itu, maka para malaikat menyesali kelancangannya mempertanyakan kebijakan Tuhan, lalu mereka bertawaf mengelilingi Arasy, istana Tuhan, selama berhari-hari sambil menangis menyadari kelancangannya. Pada satu hari, Tuhan menyapa malaikat dan mereka diminta untuk pindah di Baitul Makmur, miniatur Arasy, dibangun di bawah Arasy. Di situlah nenek moyang kita Adam dan Hawa ikut bertawaf bersama malaikat dan jin. (mi)
Advertisement