Presiden Jokowi: Dunia Menuju Neraka Iklim
Presiden Jokowi mengingatkan bahwa dunia menuju neraka iklim. Suhu dunia bakal mencapai titik tertinggi dan ini harus diantisipasi. Kepala Negara mengutip ucapan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres dalam pidato utama di New York, awal bulan ini.
Guterres menyinggung data baru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang menunjukkan, ada kemungkinan 80 persen planet bumi akan menembus 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit) dalam pemanasan di atas masa pra-industri, setidaknya dalam satu dari lima tahun kalender berikutnya.
Suhu global rata-rata 1,63 derajat Celcius (2,9 derajat Fahrenheit) lebih tinggi dari rata-rata pra-industri dari Juni 2023 hingga Mei tahun ini, menurut sistem pemantauan Copernicus Uni Eropa.
"Saya kira bapak ibu semuanya sudah mendengar warning dari sekjen PBB bahwa dunia menuju pada neraka iklim, ngeri, neraka iklim. Suhu akan mencapai rekor tertinggi pada lima tahun ke depan. Hati-hati!," ulas Presiden Jokowi dalam sambutannya pada Peresmian Pembukaan Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jumat 14 Juni 2024 pagi.
Masyarakat Indonesia, termasuk Presiden Jokowi tengah merasakan betul adanya gelombang panas. Tidak hanya di Indonesia, mantan Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Solo menyebut, panas di India mencapai 50 derajat Celcius, bahkan di Myanmar 45,8 derajat Celcius.
"Kalau orang panas mungkin bisa masuk ke rumah, berteduh, bisa. Tapi urusan pangan, hati-hati masalah ini," sambung Presiden Jokowi.
Ancaman Kelaparan Dunia
Presiden Jokowi juga mengungkapkan, FAO menyebut jika suhu panas tersebut terus menerus didiamkan dan tidak ada pergerakan, maka pada tahun 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat.
"Ini yang harus direncanakan, diantisipasi sejak mulai sekarang. Karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air, gak ada air. Dan akan masuk kepada tadi kekurangan pangan," jelasnya.