Presiden Joe Biden Dukung Pengunjuk Rasa di Sudan
Pasukan keamanan Sudan bentrok dengan pengunjuk rasa yang marah atas kudeta militer. Amerika Serikat dan PBB meningkatkan tekanan pada pemerintah militer baru Sudan. Setidaknya satu pengunjuk rasa tewas pada hari Kamis kemarin, hari keempat terjadinya bentrok antara tentara dan pengunjuk rasa anti-kudeta di Khartoum.
Dewan Keamanan PBB meminta militer untuk memulihkan pemerintah yang dipimpin sipil yang mereka gulingkan pada hari Senin. DK-PBB dalam pernyataan yang disahkan dengan suara bulat menyatakan keprihatinan serius terhadap kudeta yang dilakukan militer, di negara Afrika Timur Laut yang dilanda kemiskinan.
Setelah pernyataan Dewan Keamanan PBB, Presiden AS Joe Biden mengatakan negaranya mendukung para pengunjuk rasa. "Bersama-sama, pesan kami kepada otoritas militer Sudan luar biasa dan jelas, yaitu rakyat Sudan harus diizinkan untuk memprotes secara damai dan pemerintah transisi yang dipimpin sipil harus dipulihkan," katanya dalam sebuah pernyataan, kemarin.
“Peristiwa beberapa hari terakhir adalah kemunduran besar, tetapi Amerika Serikat akan terus berdiri bersama rakyat Sudan dan perjuangan tanpa kekerasan mereka,” kata Biden, yang pemerintahnya telah membekukan bantuan.
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, pemimpin kudeta yang secara de facto kini memimpin Sudan sejak penggulingan pemimpin lama Omar al-Bashir 2019, hari Senin lalu membubarkan pemerintah negara yang rapuh. Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan beberapa menteri ditahan, tetapi hari Rabu Abdalla Hamdok dibebaskan tetapi dalam pengawasan penuh militer.
Di Ibu Kota Khartoum , jalan-jalan telah diblokir oleh barikade batu, puing-puing dan ban mobil yang terbakar yang telah mengirim asap hitam mengepul ke langit, sementara sebagian besar toko telah ditutup karena maraknya aksi unjuk rasa.
"Kami tidak menginginkan kekuatan militer, kami menginginkan kehidupan demokrasi yang bebas di negara ini," kata seorang pengunjuk rasa, yang meminta tidak disebutkan namanya, kepada kantor berita AFP, seperti dikutip Al Jazeera.
Setidaknya satu pengunjuk rasa tewas dalam bentrokan di Khartoum Utara, kata komite dokter yang terkait dengan gerakan protes. Kematian terbaru membuat jumlah pengunjuk rasa yang tewas sejak kudeta Senin menjadi setidaknya delapan orang, sedang 170 orang lainnya menderita luka. (*)