Presiden: Jaga Kepercayaan Publik pada Ngopibareng.id
Terus terang, waktu pertama kali saya bergabung dengan media Ngopibareng.id tahun lalu, jujur ada perasaan kurang pede pada diri saya. Sebelumnya saya pernah bekerja di beberapa media dengan nama mentereng.
Tetapi dengan media Ngopibareng.id, setiap kali saya menyebut namanya orang atau nara sumber yang saya temui menyambutnya dengan acuh tak acuh. Mungkin dalam hati mereka bertanya, ini media atau warung sih?
Paling tidak, perasaan itu muncul ketika saya menyerahkan surat tugas liputan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI beberapa waktu lalu. Biro Humas KPU langsung memberondong dengan pertanyaan yang saya sendiri tidak mengerti.
Apakah Ngopibareng.id, itu media umum? Apakah Ngopibareng.id, dikelola secara profesional, apakah bukan media abal-abal, dan apakah Ngopibareng.id, sudah punya rekomendasi dari Dewan Pers?
Belum sempat saya menjawab, staf Biro Humas KPU ini segera masuk ke dalam ruangan dengan membawa berkas yang saya serahkan. Sekitar 20 menit dia berkutat di depan komputer, kemudian dia keluar menemui saya dengan sikap yang berbeda.
"Maaf, kami memang harus melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap media yang mengirimkan wartawannya untuk liputan di KPU. Dan Ngopibareng.id, telah memenuhi kriteria sebagai media online yang kredibel," katanya membuat hati saya lega.
“Kami juga sudah verifikasi ke Dewan Pers, okey, tidak ada masalah,” tambahnya.
"Jaga kepercayaan publik, supaya warung Ngopibareng menjadi referensi publik yang akurat dan terpercaya. Itu saja pesan saya untuk Ngopibareng.id,” kata Presiden Joko Widodo.
Beberapa waktu kemudian saya melihat staf Biro Humas KPU mengembalikan 31 berkas permohonan media online yang dianggap tidak memenuhi persyaratan setelah dilakukan verifikasi dan klarifikasi.
Setelah itu kepercayaan diri saya untuk membawa bendera Ngopibareng.id. semakin kuat. Di berbagai lingkungan pemerintahan seperti di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ristekdikti, Kemenpora dan Kemenpar, nama Arif Afandi yang tercantum sebagai CEO Ngopibareng.id, adalah jaminan. Juga di berbagai organisasi, termasuk dua organisasi terbesar yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammdiyah.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo, mengundang hampir 200 wartawan yang biasa meliput kegiatan kepresidenan untuk berbuka puasa bersama. Setelah itu, dia mengajak hanya sedikit wartawan untuk berdiskusi dengan materi yang sangat tertutup. Diskusi tertutup ini hanya diikuti 12 wartawan, termasuk saya.
Maksud saya, kesempatan yang baik ini saya pergunakan untuk memperkenalkan Ngopibareng.id agar lebih dekat lagi kepada Presiden. Tapi saya terkejut, karena Presiden Jokowi sudah cukup lama mengikuti dan membaca Ngopibareng.id.
Menteri Sekretaris Negara M. Praktino yang duduk di belakang Presiden Jokowi, nampak beberapa kali tersenyum ketika saya mengenalkan Ngopibareng.id kepada Prediden. Pak Pratik, demikian kami biasa memanggilnya, ternyata bahkan sudah lebih lama tahu Ngopibareng.id. Apalagi dia secara pribadi sudah berteman lama dengan Arif Afandi dan M.Anis, Pemimpin Redaksi Ngopibareng.id.
Arif Afandi yang mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos dan mantan Wawali Surabaya, satu almamater dengan Pak Pratik dan Pak Jokowi di Universitas Gadjah Mada. Sedang M. Anis yang mengawali kariernya sebagai wartawan Memorandum dan beberapa media lain seperti Surabaya Post, Tabloid Detik, Adil, dan Detak, pernah lima tahun berkantor di lingkungan istana ketika mengelola website resmi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Presidensby.info.
Yang membuat saya berbinar, diakhir pertemuan, Presiden Jokowi mengatakan kalau dirinya sering nangkring di warung Ngopibareng.id. "Konten-kontennya bagus, komplet dan disajikan dalam tutur kata yang santun," kata Jokowi.
Ada pesan untuk Ngopibareng.id Pak? Tanya saya. Kepala Negara menjawab, "Jaga kepercayaan publik, supaya warung Ngopibareng menjadi refrensi publik yang akurat dan terpercaya. Itu saja pesan saya untuk Ngopibareng.id,” kata Presiden Jokowi.
Matur nuwun Pak.
Saya yang awalnya ikut meragukan Ngopibareng.id sebagai nama media, sekarang malah menjadi bangga. Saya akhirnya kagum pada pilihan nama yang tidak lazim ini, karena ternyata lebih akrab dan enak disebutkan, yang saya anggap sebagai anti-trend. ( asmanu )