Presiden: Demokrasi Kita Kebablasan
Bogor: Presiden Joko Widodo menilai praktek demokrasi yang terjadi dalam empat bulan terakhir ini kebablasan. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan di pelantikan pengurus baru Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) periode 2016-2020. "Banyak yang bertanya pada saya, apa demokrasi kita kebablasan? Saya jawab ya," kata Presiden Jokowi di Sentul International Convention Center, Bogor, Rabu, (22/2).
Menurut Presiden, praktek politik demokrasi di Indonesia saat ini membuka peluang artikulasi politik yang ekstrem. Hal itu bisa menimbulkan paham liberalisme, radikalisme, sektarian, serta fundamentalisme.
Ditambahkan, penyimpangan praktek itu terwujud dalam bentuk politisasi masalah suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Bila terus terjadi, lanjutnya, akan menjurus kepada memecah belah bangsa. "Ini ujian yang kalau bisa dilewati akan membuat kita matang dan tahan uji," kata Jokowi.
Kunci mengatasi praktek demokrasi yang kebablasan, lanjut Jokowi, ialah dengan penegakan hukum. Presiden meminta kepada aparat penegak hukum bertindak tegas kepada para pelanggar. "Jangan ragu-ragu," ujarnya.
Lebih lanjut, presiden kembali mengingatkan betapa Indonesia amat majemuk dalam segala hal. Ia mengatakan keanekaragaman di Indonesia merupakan jati diri sekaligus entitias.
Presiden meminta kepada masyarakat agar tidak menghabiskan pikiran dan tenaga kepada hal yang tidak penting. Pemerintah, kata presiden, tengah menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang bergerak positif. "Jangan sampai kita lupa pada persoalan ekonomi," ujar Jokowi. (frd)