Presiden Afghanistan Posting di Facebook: Taliban Telah Menang
Akhirnya, pasukan bersenjata Taliban menguasi Ibu Kota Kabul. Pertempuran yang berlangsung sejak bulan Mei dimenangkan Taliban. Aneh, pasukan pemerintah seperti tidak berdaya menghadapi Taliban.
Presiden Ashraf Ghani mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di Facebook bahwa dia melarikan diri untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
“Taliban telah menang dengan pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara,” katanya.
Pelarian Presiden Ashraf Ghani ditanggapi beragam. Tapi umumnya mengecam, karena presiden dituding tidak bertanggung-jawab. “Ini memalukan,' kata Shafiq Hamdam, mantan penasihat Presiden Ghani. Dia mengecam keputusan Ghani yang melarikan diri dari Afghanistan pada hari Minggu di tengah kemajuan cepat Taliban di Kabul. “Ini memalukan. Ini memalukan. Rakyat merasa ditinggalkan, rakyat Afghanistan merasa dikhianati,” kata Hamdam kepada Al Jazeera.
Di AS, Trump serukan Biden mundur terkait pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban. Mantan Presiden AS Donald Trump hari Minggu menyerukan penggantinya Joe Biden untuk mengundurkan diri pada hari Minggu atas pengambilalihan cepat Afghanistan oleh pejuang Taliban, ketika pasukan AS menarik diri dari negara itu setelah hampir 20 tahun di lapangan.
"Sudah waktunya bagi Joe Biden untuk mengundurkan diri dalam aib atas apa yang dia izinkan terjadi di Afghanistan," kata Trump dalam sebuah pernyataan.
Pasukan bersenjata Taliban hari Minggu kemarin menguasai istana, setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu di tengah kemajuan pesat Taliban. Sejauh ini mereka sudah merebut 26 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan dalam waktu kurang dari dua minggu.
Militer AS segera mengamankan bandara Kabul. Mereka bersiap untuk meninggalkan negeri ini. Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk mengamankan bandara internasional Kabul untuk memungkinkan keberangkatan yang aman dari ribuan personel AS dan sekutu dari Afghanistan melalui penerbangan sipil dan militer.
Dalam sebuah pernyataan bersama Minggu malam, badan-badan itu mengatakan kehadiran keamanan AS akan diperluas menjadi hampir 6.000 tentara selama dua hari ke depan, dengan "misi yang hanya berfokus pada memfasilitasi" keberangkatan. Mereka juga akan mengambil alih kontrol lalu lintas udara.
“Besok dan dalam beberapa hari mendatang, kami akan memindahkan ribuan warga Amerika yang telah tinggal di Afghanistan ke luar negeri, serta staf misi AS yang dipekerjakan secara lokal di Kabul dan keluarga mereka serta warga negara Afghanistan yang sangat rentan lainnya,” kata pernyataan itu.
“Dan kami akan mempercepat evakuasi ribuan warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk Visa Imigran Khusus AS, hampir 2.000 di antaranya telah tiba di Amerika Serikat selama dua minggu terakhir.”
Sementara itu warga Afghanistan memadati bandara Kabul, mencari jalan keluar dari negara itu. Stasiun televisi lokal 1TV melaporkan bahwa tembakan terdengar saat malam tiba di dekat bandara Kabul, di mana diplomat asing, pejabat dan warga Afghanistan lainnya melarikan diri, berusaha meninggalkan negara itu yang kini dikuasai Taliban.
Taliban telah merebut kembali Afghanistan dalam gelombang kilat 20 tahun setelah mereka digulingkan oleh invasi AS. Taliban dibentuk dan difasilitasi oleh AS. Setelah mereka sempat berkuasa selama lima tahun, Taliban kemudian menjadi musuh AS.
Taliban memasuki Kabul pada hari Minggu, lebih dari dua minggu sebelum batas waktu 31 Agustus yang ditetapkan oleh Biden untuk menyelesaikan penarikan pasukan Amerika dari negara itu. (nis)