Prediksi 2021, dari Pengangguran hingga Optimis pada Pemerintahan
Pandemi yang muncul di tahun 2020 membawa dampak beragam. Lembaga penelitian Alvara memprediksi sejumlah tantangan dan harapan muncul dari sejumlah hal di tahun 2021, mulai dari perubahan perekonomian, dampak terhadap Generasi Milenial dan Gen Z, hingga polarisasi di masyarakat.
Dari segi bisnis, pandemi membuat UMKM merasakan dampak terparah. Ini berbeda dengan masa krisis moneter di tahun 1998 lalu, di mana UMKM menjadi penyelamat ekonomi Indonesia. Diketahui 46 persen UMKM di Indonesia tutup akibat pandemi.
Produksi dan Konsumsi
Selain industri, pola konsumsi juga berubah. Dilansir dari siaran pers yang diterima Ngopibareng.id, konsumen mengalami tiga dampak yang mengubah perilaku konsumen. Dampak digital membuat penduduk Indonesia lebih banyak bergantung dengan internet, boros kuota, dan tergantung pada komunikasi virtual. Sebanyak 175 juta penduduk Indonesia kini mengonsumsi rata-rata 7 jam internet dalam sehari.
Dampak sosial juga mewarnai perubahan interaksi penduduk di tahun ini dan bisa berlanjut di tahun depan. Di mana silaturahmi online lebih banyak menggantikan kunjungan langsung, namun wisata alam masih tetap tinggi. Konsumen lebih memilih wisata alam yang jauh dari keramaian.
Selain itu, dampak berubahnya pola konsumsi juga menyebabkan transakasi elektronik meningkat. Pembayaran menggunakan uang tunai juga semakin tampak ketinggalan zaman.
Pengangguran
Tahun 2021 juga menjadi tantangan bagi pemerintah dan lembaga yang terkait, untuk mengatasi adanya pengangguran akibat pandemi pada Generasi Z, yaitu yang lahir di antara tahun 1998 hinga 2009, dan Generasi Milenial yang lahir antara 1981 hingga 1997.
Dua generasi ini kini menjadi populasi terbesar di Indonesia, sebanyak 29,23 persen Gen Z, dan 33,75 persen Generasi Milenial. Diperkirakan populasi dua generasi itu kini sebanyak 172 juta jiwa, dan menjadi bahan bakar peradaban masa kini dan masa depan, menurut CEO Alvara Research Center, Hansanudin Ali.
Tahun 2021 diperkirakan angka pengangguran meningkat menjadi 12 juta orang. Jika tidak diatasi dengan baik, maka generasi yang seharusnya menjadi penopang bangsa ini, akan menjadi beban negara, bukan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.
Polarisasi di Dunia Maya
Meningkatnya teknologi dan penggunaan media dunia maya membuat polarisasi yang sudah muncul, semakin menguat. Narasi keagamaan di media sosial sebanyak 67 persen mengarah ke konservatif, 22 persen moderat, 6,1 persen liberal, dan 4 persen islamis.
Konservatif adalah aliran keagamaan yang menjadikan tradisi Islam awal sebagai acuan yang harus di duplikasi secara literal. Termasuk didalamnya dalam hal ketatanegaraan dan pemilihan pemimpin.
Selain perdebatan yang runcing dalam hal agama, ancaman berita hoaks juga semakin meningkat, sementara tingkat literasi digital warganet pada skala 1-5, ada di tingat sedang 3,47. Hal ini menunjukkan warganet Indonesia rentan termakan berita hoaks.
Optimis di Tahun 2021
Namun tantangan tersebut disambut dengan optimis oleh responden penelitian Alvara. Sebanyak 72 persen responden mengaku optimis dengan kondisi ekonomi, sosial, dan politik di tahun 2021.
Sikap optimis itu muncul dari segera digunakannya Vaksin Covid-19, harapan terhadap kebijakan ekonomi yang tepat dan terukur, serta reshuffle sejumlah kementerian yang stategis pada Desember ini.
Advertisement