PR Umat Islam, Haedar Nashir: Jangan Bereaksi Berlebihan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan, situasi nasional di tahun politik banyak mendapat perhatian serius. Dalam situasi itu, menyuguhkan isu-isu dan hal-hal yang sensitif atau pro-kontra sesuai kepentingan masing-masing pihak.
“Satu masalah dapat selesai seketika, tetapi terbuka kemungkinan terus terpolitisasi secara luas. Politik itu dinamis dan seni dari banyak kepentingan dari yang terbuka sampai tersembunyi,” jelas Haedar, dalam keterangan diterima ngopibareng.id, Sabtu 3 November 2018.
Berkaitan dengan hal tersebut, Haedar mengimbau Umat Islam di seluruh Tanah Air harus arif dan cerdas dalam menghadapi keadaan.
“Jangan bereaksi secara berlebihan, termasuk mudah melakukan aksi massa, yang dapat membuka peluang terpolitisasi, yang muaranya saling berhadapan sesama umat dan warga bangsa,” tegas Haedar.
“Jika terlalu sering demo dan aksi massa maka kerja-kerja produktif dan strategis menjadi kurang terperhatikan atau bahkan terabaikan. Padahal perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia masih terjal menuju atau meraih keunggulan dan kemajuan,” kata Haedar.
Diperlukan sikap dewasa dan seksama diserta kesabaran dan keikhlasan dalam menjaga keutuhan sesama umat maupun berbangsa dan bernegara.
Perlu dipikirkan pula secara seksama bahwa masih banyak agenda-agenda penting dan strategis yang menanti untuk dikerjakan oleh umat Islam dan bangsa Indonesia di berbagai bidang termasuk ekonomi, pendidikan, dan membangun keunggulan umat dan bangsa.
“Jika terlalu sering demo dan aksi massa maka kerja-kerja produktif dan strategis menjadi kurang terperhatikan atau bahkan terabaikan. Padahal perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia masih terjal menuju atau meraih keunggulan dan kemajuan,” kata Haedar.
Di sinilah pentingnya komitmen yang berwawasan ke depan dari seluruh elite dan warga di tubuh umat Islam dan bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan berbangsa yang majemuk dan sedang mekar di era demokratisasi yang serba bebas sering terjadi atau muncul masalah. Seperti pembakaran bendera HTI di Limbangan Garut yang menimbulkan reaksi publik yang luas dan kontroversial.
Belum lama ini, ormas-ormas Islam di kediaman Wakil Presiden RI telah menyampaikan pandangan dan sikap secara kolektif. Demikian pula secara khusus PP Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Satu ajakannya ialah agar umat Islam dan warga bangsa menjaga keutuhan dan persatuan, serta tidak terpancing dan terprovokasi yang merugikan kehidupan bersama. Proses hukumpun agar ditegakkan secara adil dan sesui hukum yang berlaku.
“Kembangkan sikap saling memafkan dan tidak mengulangi kesalahan, memperluas toleransi dan kebersamaan yang dilandasi keikhlasan dan ukhuwah yang otentik,” tutur Haedar. (adi)