PPNI: Keraguan Perawat Jalani Vaksin Covid, Takut Jarum Suntik
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) hari ini menyatakan kesiapannya dalam mendukung dan mensukseskan program vaksinasi bertahap yang akan mulai
dijalankan Pemerintah dalam waktu dekat.
Berdasarkan hasil survei internal yang dilakukan secara acak oleh PPNI sejak bulan Desember 2020 dan disebarkan secara online ke anggota PPNI di seluruh Indonesia, 82.04% dari total 1.700 responden menyatakan bersedia menerima vaksin sebagai kelompok pertama yang diprioritaskan oleh Pemerintah.
“Tenaga kesehatan, termasuk di antaranya perawat, merupakan kelompok dengan resiko tinggi terinfeksi virus COVID-19 karena kami bertugas di lingkungan yang kondisinya lebih rentan dibanding kelompok masyarakat lain. Karena itulah, perlindungan kepada tenaga kesehatan harus ditingkatkan, salah satunya dengan vaksinasi,” ungkap Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah, Jumat, 8 Januari 2021 kemarin.
Kata Harif, kesadaran akan pentingnya partisipasi tenaga kesehatan dalam program vaksinasi Covid-19, serta banyaknya disinformasi terkait vaksin di tengah masyarakat, mendorong PPNI untuk berinisiatif melakukan survei internal kepada seluruh perawat di Indonesia. Baik yang bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik swasta, maupun mereka yang praktik mandiri dan bekerja sebagai pengajar.
Menurut hasil survei tersebut, respon yang kami dapatkan dari teman-teman perawat sangat positif, dengan 82.04% responden menyatakan bersedia menerima vaksin sebagai kelompok pertama yang diprioritaskan oleh Pemerintah dan 65.99% responden bersedia menjadi relawan pemberi vaksin atau vaksinator.
"Berdasarkan dialog-dialog yang kami lakukan dengan anggota PPNI di 34 provinsi di Indonesia, kami juga tidak menemukan adanya penolakan terhadap program vaksinasi bertahap ini,” tambah Harif.
Keraguan para perawat terkait vaksinasi disebut sebagian besar disebabkan oleh disinformasi terkait vaksin dan ketakutan mereka secara pribadi terhadap jarum suntik.
“Meski kami sebagai perawat sudah terbiasa menyuntik orang, ada juga yang dirinya sendiri takut disuntik. Karena pengetahuan mengenai vaksin sudah diberikan kepada tenaga kesehatan di semester awal pendidikannya, jadi hanya perlu diberikan pemahaman lebih lanjut untuk meningkatkan keyakinan mereka,” ujar Harif.
Perihal keamanan vaksin yang kerap menjadi sorotan, Harif mengatakan bahwa tenaga kesehatan telah menggunakan berbagai macam obat ketika melayani pasien.
“Kita percaya pada obat-obat tersebut dan menggunakannya untuk pasien kita padahal kita tidak tahu bagaimana mereka dibuat, alat dan bahan apa saja yang digunakan, dan seterusnya. Sama saja dengan vaksin ini. Kalau pemerintah sudah mengeluarkan izin edar, saya yakin pemerintah telah menjamin keamanan vaksin tersebut untuk kebaikan rakyat dan tidak akan bertentangan dengan norma yang ada. Saya tidak harus pergi ke Cina untuk melihat pembuatan vaksin misalnya,
karena sudah diwakili oleh Badan POM dan para peneliti lainnya. Apalagi yang harus kita ragukan,” ujarnya.
Selain survei internal, Harif menambahkan bahwa PPNI juga telah mengeluarkan instruksi resmi pada 6 Januari 2021 kepada seluruh anggota yang total jumlah resminya lebih dari 600,000 orang untuk mendukung dan mengikuti program vaksinasi COVID-19 yang dilaksanakan pemerintah serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk ikut menyukseskan program tersebut sebagai upaya mempercepat berakhirnya pandemi.
Harif sendiri menyatakan bahwa ia siap menjadi perawat pertama yang divaksin di Indonesia. “Sebagai perawat, kita bekerja dalam kondisi lingkungan yang sangat membahayakan diri kita. Sebagai antisipasi dan supaya kita tetap bisa memberikan pelayanan kepada publik, kita harus punya proteksi. Vaksin adalah salah satu upaya proteksi tersebut, selain tentunya terus menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan bergizi baik dan istirahat yang cukup,” kata Harif.
“Manfaat vaksinasi bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga keluarga kita ketika kita pulang ke rumah sehabis bekerja, pasien kita, dan orang-orang yang berada di lingkungan sekitar kita dimana kita sering berinteraksi. Karena tugas kita adalah melayani publik, kita harus memastikan kesehatan diri kita sendiri aman dulu, baru kita bisa membantu mengamankan kesehatan pasien kita. Jadi sudah seharusnya kita justru senang dan mendukung sepenuhnya program vaksinasi
ini,” tutup Harif.