BOR Melebihi WHO, Pemkot Surabaya Minta Jalur Masuk Diperketat
Pakar epidemiologi memprediksi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan tidak efektif menekan penyebaran virus corona atau Covid-19. Di Surabaya, meski diberlakukan PPKM kasus covid-19 terus mengalami peningkatan kasus.
Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Irvan Widyanto mengakui, selama dua minggu PPKM kasus di Kota Surabaya bertambah 885 kasus baru, di mana rata-rata kenaikan harian 60 kasus.
"Selama PPKM dua minggu, kondisi kasus baru dan kasus aktif belum menurun signifikan," katanya.
Tidak hanya itu, kondisi Bed Occupancy Rate (BOR) di Ruang Isolasi juga belum menunjukkan penurunan signifikan, bahkan masih di atas rata-rata World Health Organization (WHO) 60 persen dengan presentase keterpakaian mencapai 74,49 persen. Kemudian di ruang ICU dengan Ventilator masih 78,85 persen dan ruang ICU tanpa ventilator 72,73 persen.
Berdasar data yang telah dianalisa dan evaluasi, Irvan menyebut, 71 persen pasien yang masuk ICU adalah warga ber-KTP Surabaya, sedangkan sisanya 29 persen dari luar kota.
"Pasien di ruang isolasi ditempati orang dengan KTP Surabaya 70 persen dan KTP non Surabaya 30 persen," katanya.
Untuk diketahui, data per Senin 25 Januari 2021 kemarin angka kumulatif Covid-19 di Surabaya sebanyak 19.510 kasus di mana saat ini tersisa 250 pasien yang menjalani perawatan. Kemudian, kesembuhan mencapai 17.972 orang, dan kasus meninggal sebanyak 1.288 meninggal dunia, dan 250 kasus masi dirawat.
Karena itu, Pemerintah Kota Surabaya telah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jatim untuk melakukan pengetatan pengamanan keluar masuk Surabaya terutama di perbatasan Gresik, Sidoarjo, dan Suramadu.
Serta, menerbitkan aturan bagi pelaku perjalanan yang akan masuk ke Jatim, khususnya lewat pintu Kota Surabaya wajib membawa hasil tes swab negatif dari daerah asal dan karantina 10 hari.