PPKM Satu Bulan, Ini Cerita Pilu Pedagang di Surabaya
Pemberlakuan PPKM darurat hingga PPKM level 4 yang sudah satu bulan lamannya menyisakan cerita pilu para pedagang pasar hingga pusat perbelanjaan Surabaya.
Salah satu pedagang dan Ketua Paguyuban Pedagang Pusat Grosir Surabaya (P3GS), Sujianto mengatakan, akibat PPKM banyak karyawan yang dirumahkan karena aktivitas toko berkurang.
"Para pedagang merasa sangat berat, aktivitas berkurang, penghasilan berkurang, karyawan kami pekerjakan giliran dan setengahnya kami rumahkan, hampir 30 hinga 40 persen," ujar Sujianto, Kamis, 5 Agustus 2021.
Menurutnya, sudah satu bulan sejak PPKM diberlakukan ia dan rekannya bertahan dengan kapasitas 50 persen dari biasanya. Hal ini dilakukan agar tetap bekerja.
Ia pun mengungkapkan, dengan pemasukan yang sangat berkurang dari biasanya, ia tetap harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan tidak ada kelonggaran pembayaran.
"Untuk pajak NPWP juga tiap bulan tetap melapor, meskipun penghasilan tidak ada," katanya.
Sujianto berharap, ada kelonggaran yang diberikan untuk para pedagang. Selain itu, ia juga berharap PPKM tidak diperpanjang lagi. Kalaupun diperpanjang, setidaknya pusat perbelanjaan bisa buka kembali meski tidak maksimal.
"Kalau minimal buka, setidaknya kita masih bisa terima uang cash. Kalau online ini kan kecil, karena orang cuman beli satu. Kami di online biayanya juga tinggi. Kami minus di online, bayar internet, promosi dll," jelasnya.
Selain Sujianto, pedagang pakaian muslim dan perlengkapan haji di Jembatan Merah Plaza (JMP) Surabaya, Fatimah juga mengatakan hal senada.
"Ancur, barang begitu banyak tapi tidak ada yang beli. Toko saya sudah sepi, setelah lebaran ditambah PPKM, makin sepi. Dan sekarang sudah satu bulan tutup," ungkap wanita 60 tahun ini.
Karena tidak bisa menjual barang dagangannya, ia mengaku beberapa harta bendanya terpaksa dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Akhirnya jual barang, semua barang dijual, logam mulia dijual. Uang simpanan ya harus keluar untuk makan," imbuhnya.
Harapan Fatimah juga sama seperti Sujianto, bahwa setelah 9 Agustus nanti, PPKM tidak diperpanjang. Karena pendapatan para pedagang bergantung dari barang yang dijual.
"Sudah capek saya, saya ke JMP ini nangis terus. Saya ke toko kalau ada yang pesan untuk ambil barang. Sedih saya, semua toko tutup. Ya Allah kasian. Mau sampai kapan kayak gini," keluh Fatimah.
Diketahui, pendapatan dan omzet para pedagang sejak PPKM turun 80 hingga 90 persen dari pendapatan biasanya. Mereka pun mengalami kesulitan untuk bertahan jika kebijakan ini dilanjutkan lebih lama lagi.