Peta Zonasi Kepatuhan Masyarakat Membaik Sejak PPKM Mikro
Peta zonasi kepatuhan terhadap protokol kesehatan mengalami perkembangan cukup baik setelah penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Jawa-Bali dan PPKM mikro.
Per 21 Februari 2021, peta zonasi memperlihatkan tingkat kepatuhan di atas 60 persen. Dan perkembangan yang sejalan juga terlihat pada perkembangan kasus positif mingguan.
"Kabupaten/kota yang sudah patuh memakai masker melebihi 75 persen atau sebanyak 284 kabupaten/kota," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat 26 Februari 21.
Namun yang menjadi catatan, masih terdapat 99 kabupaten/kota dengan kepatuhan di kisaran 61-75 persen. Bahkan terdapat 71 kabupaten/kota kurang dari 60 persen. Lalu, pada kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan, didominasi kabupaten/kota dengan tingkat kepatuhan melebihi 75 persen yaitu sebanyak 275 kabupaten/kota.
Meski demikian, masih terdapat kabupaten/kota dengan tingkat kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan sebesar 61-75 persen atau 105 kabupaten/kota. Bahkan terdapat 74 kabupaten/kota dengan tingkat kepatuhan di bawah 60 persen.
Dan jika menyandingkan peta zonasi kepatuhan protokol kesehatan dan perkembangan kasus positif Covid-19 mingguan terlihat sejalan. Melihat grafiknya, pada tiga minggu pertama penerapan PPKM kabupaten/kota Jawa-Bali, grafiknya terus meningkat.
Namun, grafiknya menurun pada minggu PPKM mikro, meskipun sedikit meningkat pada minggu ini atau minggu kedua. Hal ini sejalan dengan grafik kepatuhan memakai masker, yang mana grafiknya terlihat menurun sebelum PPKM hingga minggu keempat PPKM. Dan selanjutnya grafiknya terus meningkat hingga saat ini atau minggu kedua PPKM mikro.
Pada grafik kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan, terlihat terus meningkat sejak PPKM hingga minggu kedua PPKM mikro atau terus meningkat selama 4 minggu berturut-turut.
"Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya, ketika terjadi penurunan pada kepatuhan protokol kesehatan, maka penambahan kasus positif cenderung meningkat," kata Wiku.
Karenanya ia mengingatkan kembali, jika semakin banyak yang tidak patuh, maka potensi penularan semakin tinggi, dan kemungkinan penambahan kasus positif juga semakin tinggi. Hal ini terlihat pada perkembangan kasus positif minggu ini yang persentasenya kembali mengalami peningkatan.
Untuk itu, ia menyampaikan anjuran kepada masyarakat agar memperhatikan beberapa hal. Misalnya, kelompok usia produktif yang imunitasnya kuat dan masih beraktivitas di luar rumah, meskipun sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, maka setibanya di rumah harus segera berganti pakaian dan membersihkan diri. Dan menghindari langsung kontak dengan anggota keluarga kelompok usia rentan.
Karena potensi penularan masih tetap ada. Maka itu, menerapkan protokol kesehatan yang ketat tidak hanya di luar rumah, melainkan ketika di lingkungan rumah pun juga harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh, disiplin dan konsisten.
"Dengan begitu, potensi penularan dapat ditekan dengan meminimalisir kemungkinan kita menjadi carrier atau pembawa virus bagi orang-orang di sekitar kita," pesan Wiku.