Potret Buram Pendidikan di Blora, Tempati Rumah Berlantai Tanah
Potret menyedihkan wajah pendidikan di Kabupaten Blora Jawa Tengah, masih terlihat wilayah Kecamatan Sambong, tepatnya di Desa Sambongrejo. Siswa SD di desa ini terpaksa menempati rumah-rumah warga untuk melaksanakan kegiatan belajar. Bahkan, mereka harus berbaur dengan debu, karena masih berlantai tanah.
Meski begitu, anak-anak SD Negeri 2 Sambongrejo memperlihatkan wajah sumringah mengikuti kegiatan belajar. Ada tiga kelas, dari SD Negeri 2 Sambongrejo yang menempati rumah-rumah warga. Kelas 3 berjumlah 15 anak, kelas 4 berjumlah 19 dan kelas 6 sebanyak 17 anak.
Kondisi kurang menguntungkan dialami kelas 3 karena menempati rumah kosong milik warga yang masih berlantai tanah dan berdebu. Kelas 4 menempati ruang tamu.
Sementara kelas 6 menempati bangunan milik Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Bahkan pernah siswa menempati rumah yang berdekatan dengan kandang kambing.
Hal itu lantaran ruang kelas mereka mengalami kerusakan parah. Bagian atap ambrol, dan gedung nyaris roboh. Selama 2 tahun ini, tidak ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Blora.
Bahkan, sekolah tersebut pernah mengajukan bantuan, sudah muncul kegiatan dan telah ditandatangani dinas terkait. Namun anggaran hilang begitu saja. Permohonan kepada Pemkab Blora elah dilakukan pada tahun 2021 dan 2022.
Diperoleh informasi, pernah ada kejadian saat di tengah pelajaran atap ambrol. Beruntung tidak mengenai siswa. Tepatnya di tahun 2020. Sehingga terpaksa harus menempati rumah warga.
Ketua Komite SD Negeri 2 Sambongrejo, Janurman, menyatakan mengatakan, pihaknya berharap ruang kelas segera diperbaiki secepatnya. Mengingat kondisi siswa yang belajar di rumah warga tidak nyaman dalam mengikuti pelajaran.
"Kami berharap segera diperbaiki. Dan pembangunannya harus sesuai dengan regulasi yang benar," ujar Janurman, Selasa 21 Februari 2023.
Menurut guru Kelas 4 SDN 2 Sambongrejo Yasminingsih, sudah dua tahun para siswa menempati rumah warga. Suasana tidak kondusif kerap dirasakan. Mulai kebisingan suara mesin giling padi, asap pembakaran sampah, dan gerah. Sehingga, konsentrasi belajar siswa terganggu.
"Kami sering pindah-pindah tempat mengajar dari rumah warga yang satu ke warga lain" ujarnya.
Ira salah satu siswa kelas 4 mengatakan dirinya dan teman sekelasnya berharap sekolah diperbaiki. "Saya ingin ruang kelas diperbaiki. Biar kami bisa berkumpul lagi satu sekolah dengan teman yang lain. Di sini juga tidak ada bakul jajan," ujar Ira siswi berkerudung itu.
Eka salah satu wali murid kelas 4 SDN Sambongrejo, bahkan mengatakan, jika ruang kelas tidak segera diperbaiki, wali murid akan pindah sekolah.
"Kasihan anak-anak. Sudah lama belajar di rumah warga. Kami berharap ruang kelas segera diperbaiki. Jika tidak, kami akan pindah sekolah," ujarnya.
Mujiati, wali murid kelas 4 SDN Sambongrejo, juga menyampaikan, kondisi gedung terlihat dari luar bagus. Tapi kondisi dalam retak-retak, atap ambrol. "Kan bahaya. Kasihan anak-anak," ujarnya.
Dirinya berharap sekolahnya bisa kembali dibangun. Supaya anak-anak kelas 1 sampai kelas 6 bisa menjadi satu. "Tidak pisah-pisah dan tidak berpindah-pindah," kata Mujiati.
Advertisement