Potensi Umat Masih Lemah, Ini Kritik Kiai Ma'ruf Amin
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin mengungkapkan pentingnya gerakan pemberdayaan ekonomi umat harus digalakkan. Ia menyebut harus ada pembaharuan arus ekonomi yang semula dibangun dari atas, saat ini harus dibangun melalui bawah.
“Potensi umatnya masih lemah, karena itu MUI melakukan gerakan pemberdayaan ekonomi umat melalui isu yang sekarang kita sebut arus baru ekonomi Indonesia,” jelas Kiai Ma’ruf, dalam keterangan diterima ngopibareng.id.
Arus baru ekonomi Indonesia, lanjutnya, adalah upaya untuk mengangkat ekonomi masyarakat bawah yang harus diperhatikan kesejahteraannya.
Kiai Ma'ruf menyebut arus lama pembangunannya dari atas melahirkan konglomerasi yang diharapkan menyebar kepada masyarakat bawah.
"Tapi tidak netes-netes (sampai ke masyarakat bawah), yang atas semakin kuat yang bawah semakin lemah,” tambah kiai yang juga Rais Aam PBNU ini.
Pemberdayaan ekonomi umat, menurutnya, bisa dimulai dengan gerakan redistribusi aset dan kemitraan (partnership).
“Karena itu kita ingin memberdayakan dengan pemberdayaan ekonomi umat melalui gerakan redistribusi aset, ada kemitraan. Kita ini aset-aset negara, sudah yang punya negara tapi yang memanfaatkan yang mengkapilitasi adalah orang-orang konglomerat,” terangnya.
Kiai Ma'ruf mengibaratkan sebetulnya sangat mudah untuk menjadi orang kaya di negeri ini, yaitu hanya dengan menebang-nebang pohon dan menggaruk-garuk tanah.
“Motong pohon nebangin pohon jadi orang kaya. Kemudian menggaruk-garuk tanah, tambang itu jadi orang kaya,” ujar Kiai Ma’ruf saat memberi arahan jelang simbolisasi Penyerahan Zakat Baznas kepada LAZ Ormas di Gedung MUI Pusat, Jakarta, belum lama ini.Hal itu langsung disambut gelak tawa hadirin.
“Kalau enggak nebang pohon, garuk tanah, kita yang punya, mereka yang mengkapitalisasi dan menjadi konglomerat tapi ya enggak netes lagi ke bawah. Ini yang ingin kita rubah melalui arus baru ekonomi Indonesia, Presiden sudah setuju,” tegasnya.
Menurutnya, saat ini umat harus mulai berhenti untuk rela dikapitalisasi secara terus-menerus, seperti mengkapitalisasi mulut, tangan dan rambut.
“Kapan kita mengkapitalisasi diri potensi kita sendiri? Zakat yang katanya 217 triliun baru 3%, ya itu bagaimana potensi yang besar ini kita jadikan kekuatan,” ungkapnya.
Ia berharap kinerja Baznas dengan LAZ Ormas bisa didorong bersama-sama untuk mencapai 50%.
“Saya kira kerja sama Baznas dengan LAZ Ormas memang ini sebenarnya yang mewakili negara itu Baznas, dan kalau bukan dengan ormas itu susah ngitung-nya, dari 3%, ya harus bisa 50%,” pungkasnya. (adi)