Potensi Organisasi dan Manajemen, Perkuat Sukses Bisnis Media
Praktisi media Arif Afandi mengungkapkan, jumlah besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) merupakan potensi yang harus dikelola dengan baik. Sebagai organisasi Islam moderat, sewajarnya NU memiliki media yang kuat, karena ditopang dengan manajemen yang profesional.
"Kesadaran berjamaah dengan jumlah massa yang jumlahnya besar, harus pula diiringi dengan kesadaran berjam'iyah (berorganisasi). Ini yang potensi yang patut menjadi perhatian agar dikelola dengan baik," tuturnya.
Arif Afandi, CEO dan Founder Ngopibareng.id, mengungkapkan hal itu dalam acara Halaqoh Media NU dan Pesantren se-Jawa Timur, digelar di Kantor PWNU Jawa Timur, di Surabaya, Sabtu 14 Maret 2020.
Selain Arif Afandi, tampil sebagai pembicara Hamdan Hamedan (CEO Kesan), Ustadz Fariz Khoirul Anam (dai, penulis buku Fikih Media Sosial), Riadi Ngasiran (Pemimpin Redaksi Majalah AULA), dan Ahmad Najib AR (Ketua Lembaga Ta'lif wa-Nasyr NU Jawa Timur), Syaifullah Ibn Nawawi (NU-Online Jawa Timur) dan Sururi Arumbani (TV9).
Halaqoh tersebut digelar dalam serangkaian Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-97 NU. Puncaknya, akan digelar nanti malam, dengan Doa Bersama Tolak Bala' Virus Corona, serta launching Koin Muktamar ke-34 NU.
Lebih jauh diungkap Wakil Wali Kota Surabaya (2005-2010), saat ini tumbuh kesadaran dari masyarakat santri dan warga NU bergerak di berbagai bidang profesi. Perkembangan semacam ini, sulit disaksikan pada tahun-tahun 1970-1980an.
"Namun, saya dapat informasi dari Nurcholish Madjid (almarhum), akan ada perkembangan yang luar bisa dari masyarakat pesantren bergerak ke medan sosial yang lebih luas, profesional dan berpikiran maju. Nah, saat inilah yang dimaksud Cak Nur (panggilan akrab Pendiri Universitas Paramadina Jakarta, Red)," tutur mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos.
Dijelaskannya, mobolitas vertikal yang tinggi itu telah melahirkan profesi-profesi beragama dari masyarakat pesantren dan warga Nahdliyin.
Ia pun mengapresiasi muculnya profesional muda warga Nahdliyin, tapi berpendidikan tinggi dari Amerika Serikat. Seperti CEO Kesan, Hamdan Hamedan.
"Nah, ini yang dulu gak terpikirkan. Semua anak orang santri sekolahnya ya ke Yaman, Mesir atau Timur Tengah lainnya. Tapi, ini mengejutkan, ada anak dari keluarga santri sekolah di AS," tuturnya seraya menolah ke narasumber yang disebutkan itu.
Pada bagian lain Arif Afandi mencontohkan, jumlah pesantren yang dimiliki NU cukup menjadi modal akan lahirnya para intelektual Muslim yang akan mengisi khazanah pemikiran Islam di Indonesia, bahkan di dunia.
"Coba bayangkan, bila di setiap pesantren lahir penulis-penulis hebat, niscaya akan memberi warna lebih dalam peta pemikiran Islam di Indonesia. Sehingga, kita tidak usah minder dengan pemikiran dari luar negeri. Dengan demikian juru dakwah pun akan didominasi dari kaum santri yang bakal menjadikan negeri ini teduh, berpikiran moderat dan toleran," tuturnya.
Ia mencontohkan munculnya dari muda dari pesantren yang diwakili KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha').
"Coba bayangkan, fenomena Gus Baha' ternyata mampu mengeser sejumlah ustadz lain yang ditopang kekuatan media sosial -- tentu penuh rekayasa. Tapi, Gus Baha' dengan keilmuannya yang mumpuni mampu membuktikan bahwa ulama dari pesantren memiliki keunggulan dibanding dengan lulusan negara lain," tutur Pemimpin Umum PT Aula Media NU (2014-2017).
Ia pun bertutur pengalamannya dekat dengan KH Abdurrahman Wahid, hingga dipercaya untuk mendirikan media harian, Suratkabar Duta Masyarakat Baru. Atas usulannya kepada Dahlan Iskan, bos Jawa Pos saat itu, untuk mendukung NU sebagai kekuatan masyarakat sipil di Indonesia.
Ia pun mengingatkan pergeseran selera masyarakat akan kehadiran televisi digital. Pelahan televisi analog akan tergeser dan ditinggalkan penonton untuk beralih ke media digital.
"Ya seperti televisi di lingkungan kita TV9, sebenarnya tengah mengalami perubahan semacam itu. Dan bisnis televisi pun secara umum mengalami perubahan drastis. Bedanya, pengelolaan mereka sudah lebih dulu untung, berbeda dengan kita yang tetap memprihatinkan ini," tutur Arif Afandi.
Advertisement